Friday, November 20, 2015

Jelajah Karimun Jawa Part II

                Jarang main ke pasar, sekalinya ke pasar langsung ke pasar Karimun Jawa. Hari ketiga adalah hari terakhir kami berada di pulau kecil ini. waktunya berburu oleh-oleh! Sebenarnya bukan waktunya sih, tapi kami para ciwi-ciwi rela bangun jam 6 pagi demi ke pasar buat beli ikan-ikan untuk oleh-oleh di rumah. Yups, prinsip pariwisata kan selain something to see, something to do dan something to learn kan masih ada yang paling wajib yaitu something to buy. Saran saja sih, mending emang beli ikan di pasar langsung aja, gilaa harganya murah bangettttt. Saya hanya mengeluarkan Rp 55.000,- dan sudah mendapatkan hampir 7 item ikan-ikan laut yang sudah di keringkan dan kerupuk kepiting. So cheapyy hihi!
                Selain beli ikan-ikan kering, kami juga membeli bedak dari bubuk beras putih yang biasa digunakan ibu-ibu karimun untuk melindungi wajahnya dari teriknya sinar matahari. Rencananya sih mau dipakai ala-ala sunblock tradisional gitu tapi pas diaplikasikan ke wajah, malah jadi kaya badut haha.
                Lanjut saja neeh, kami langsung cus menggunakan kapal kecil menuju pulau gosong. Yup dari namanya aja udah ketahuan bahwa kita bakal dibikin gosong-segosong-gosongnya. Pulau gosong dapat ditempuh sekitar 15menitan dari dermaga kapal di karimun. Pulau Gosong hanya ada ketika laut sedang surut, pulau ini hanya terdapat gundukan pasir putih dan karang-karang kecil. Ga lama kami di pulau Gosong, kami langsung tancap gas menuju pulau cilik buat snorkeling manja disana. Waktu yang di tempuh ga lama buat sampai pulau cilik, mungkin sekitar 10-15 menit saja.
                Sebelum snorkeling kita dibekali ilmu dulu. Setidaknya banyak ilmu yang benar-benar bertambah, sebagai seorang pemula dalam hal laut kelautan hahaha. Pesan pertama adalah Jangan injak ataupun sentuh terumbu karang, thats why, kita snorkeling di kedalaman 3-4 meter, ngeri pisan. Padahal kemampuan renang saya masih abal-abal gimana mau nyelam huhu. Untung saja mas-mas guide kita rela membantu. Bayangin saja kalau terumbu karang kita sentuh atau injak-injak, kan bisa ngerusak ekosistemnya, padahal terumbu karang tu juga makhluk hidup, butuh satu tahun untuk tumbuh setinggi 1cm dan butuh 100 tahun untuk membentuk terumbu karang seindah 1 meter.
                Puas banget snorkeling dan bisa lihat terumbu-terumbu karang yang bagus banget. You should be there! Sehabis snorkeling, kami menikmati makan siang dan santai ria di pulau cilik. Saya benar-benar jatuh cinta dengan pasir pulau cilik. Halus dan lembut! Katanya dari kotoran ikan yang mengendap. Eh benar ga sih? Yah pokoknya, really Love Pulau cilik!
                Ga selesai sampai di sana. Bang Jay dkk menawari kami untuk ikut membantu memunguti botol-botol bekas di salah satu pantai di Karimun Jawa setelah kami selese bersnorkeling lagi di spot plawangan, emm kalau tidak salah. Nah abis snorkeling itu, kami langsung membantu walaupun sedikit membersihkan pantai dari botol-botol plastik yang jumlahnya banyak banget. Yahhh, setidaknya mengurangi sedikitlah. Tolong yuk kawan. Cintai alam kita sebagaimana alam mencintai kita dengan memberikan panorama yang indah. Kasihan kan kalau dikasih sampah terus. Gimana perasaanmu kalau tubuhmu dilemparin sampah? Kesel kan? Makanya ayoo jaga lingkungan alam kita, jangan buang sampah sembarangan!
                Uuuuuu selesai sudah kami memnguti sampah yang tak seberapa yang mampu kami bawa. Hari sudah menjelang sore, waktunya kembali ke dermaga. Eits! Belum dulu, kami masih diajak mampir ke pulau Menjangan Besar untuk melihat penangkaran hiu-hiu kecil dan patrick! Eh bintang laut. Binatang favoritkuuuuu! Santai saja, walaupun namanya hiu, kita tetap aman kok walau masuk ke dalam penangkarannya. Mungkin mereka sudah dilatih kali ya. Kamu juga bisa melihat kura-kura, ikan gembung, bintang laut, dan anemon yang menyembunyikan little Nemo, eh ikan badut. Uh harusnya mereka hidup bahagia di laut ya, tapi inilah yang dinamakan Pariwisata. You can do everything just to make money. Selesai sudah perjalanan laut kami.
                Nah karena hari ini hari terakhir, malamnya kami diajak berbelanja oleh-oleh lagi di Alun-Alun Karimun Jawa. Oleh-oleh khas karimun yaitu gelang, tasbih atau gantungan kunci dari kayu dewandaru. Kayu dewandaru adalah kayu yang dikeramatkan di karimun Jawa. Namun, karena Karimun belum memiliki ciri khas, akhirnya kayu dewandaru dikembang biakkan dan dioleh menjadi cinderamata khas Karimun Jawa. Kamu dapat menjumpai banyak pedagang cinderamata dan kaos-kaos di alun-alun. Harga satu gelang kayu dewandaru adalah Rp 25.000,-  dan tasbih Rp 50.000,- tapi kamu dapat menawarnyaaaa!!
                Wuhuuuu hari keempat adalah hari perpisahan. Sedih rasanya meninggalkan pulau yang indah ini. banyak kenangan yang membekas di Karimun Jawa, banyak ilmu yang saya dapatkan dan kamin mempunyai teman baru, saudara baru. Terima kasih bang Jay, mas Jojo dan mas Dije telah membuat kami nyaman berada di pulau orang ini. tetap berkarya, buatlah Karimun Jawa lebih nyaman dan berhati bersih. Semangattt!
                Sampai jumpa di vakansi berikutnya! Happy Travelling guys!


             

Jelajah Karimun Jawa Part I


                Saya tidak menyangka bisa melangkah sejauh ini, dengan sedikit uang tabungan hasil tidak hedon selama beberapa bulan, finally i got my first travel destination on my travel list, KARIMUN JAWA. Such a little paradise of central java. Ga bisa dideskripsikan betapa bahagianya bisa menapakkan kaki di sebuah pulau di utara pulau jawa yang katanya ga kalah sama pulau-pulau di timur Indonesia sana.
                2 November 2015, sekitar pukul 2 dini hari, saya dan rombongan yang terdiri dari 2 kakak sepupu dan 2 temannya tiba di pelabuhan kartini Jepara. Pengambilan waktu yang salah! Karena tidak punya pikiran buat nyewa homestay, kami berlima macam gelandangan tidur di pelabuhan ditemani nyamuk-nyamuk haus darah yang dengan senang hati memberikan oleh-oleh berupa bentol-bentol di kaki dan tangan. Padahal kalau nyewa homestay, Cuma sekitaran 30-50 ribu saja. Beruntunglah salah satu warung, warung pak bambang lebih tepatnya berbaik hati meminjamkan kami tikar supaya kami bisa tidur lelap menunggu keberangkatan kapal keesokan harinya.
                Teeeettttt, bunyi kapal siginjai membuat kami tambah semangat untuk memulai hari di awal bulan November ini. Setelah sarapan sup udang yang enakk sekali, kami segera berjalan menuju kapal yang siap berangkat. Eits, sebelumnya, mas Dije selaku apa ya? Anggap saja beliau teman baru kami, teman kaka sepupu saya, dan salah satu anggota Jelajah Karimun jawa yang paketnya kami gunakan, membelikan tiket kapal untuk kami. Tiket kapal siginjai saat ini adalah Rp 57.000, ditambah biaya pembayaran retribusi pelabuhan Rp 2000,- jika ingin membawa motor, biaya motor dikenakan Rp 50.000,-. Berangkatlah kami berenam, yey!!
                Lima jam perjalanan laut terlalui dan tibalah di pulau KARIMUN JAWA. Akhirnya kaki ini menapak di pulau yang menawarkan ribuan pesona alamnya huehehe. Sesampai di pelabuhan kami dijemput oleh mas Jojo, nah beliau inilah teman kakak sepupu saya, sekaligus akan menjadi guide kami di Karimun selama 4 hari 3 malam. First impression saya sih, mas Jojo orangnya asik dan bakalan gilaaaaa, dan ternyata benar sekali. Beliau membuat perjalanan kami di Karimun layaknya para petualang yang haus pesona alam Indonesia *duh maafkan kealayan saya*. Sehabis bertegur sapa dan berkenalan kami langsung tancap gas menuju homestay RG, Js. Homestay-nya kaya rumah sendiri ditambah it located near the port, you could see many fishermans boats and blue ocean infront of your eyes. How BLISS i  am! Eh ngomong-ngomong, di depan pelabuhan ada Tourist Information Center loh, kamu bisa tanya-tanya disana kalau masih bingung. Ada brosurnya juga, tapi sayang, saya lupa mau minta.
                Karimun Jawa adalah salah satu pulau besar diantara gugusan pulau lain di kepulauan Karimun Jawa. Masyarakat pulau Karimun masih sama dengan masyarakat di jawa, karena kebanyakan penduduk karimun memang berasal dari jawa dan sebagian madura dan bugis. Hari pertama di pulau karimun, kami habiskan dengan beradaptasi dengan lingkungan karimun. Mas Jojo mengajak kami ke pantai Legoon lele, jalan menuju pantai ini sangat indah dengan pemandangan bukit di kiri jalan dan pantai-pantai di kanan jalan. Pantai Legoon lele termasuk pantai yang jarang dikunjungi, terdapat satu kapal terdampar disana, pantainya bersih dan kata mas Jojo, ketika laut surut, kita bisa berjalan lebih ke tengah menuju laut. Ah karimun, ada-ada saja yang kau tunjukkan.
                Oh iya, salah satu yang bikin saya terkesan dengan karimun adalah kebiasaan masyarakat sana yang membiarkan kunci motor tetap tergantung di motor tanpa khawatir motor akan dibawa kabur orang. Saya sedikit was-was ketika pertama kali meninggalkan motor dengan kunci yang masih bergelayut manja di motor. Tapi, ternyata benar, motor ga bakal ada yang bawa pergi, karena mau dibawa pergi kemana, pasti akan ketemu kalau seandainya di curi orang, karena ya hanya di pulau itu saja. Buktiin deh kalau kalian ke Karimun, pasti banyak motor nganggur dengan kunci yang masih bergantungan.



                Nah sehabis dari legoon lele, kami beranjak menuju pantai pancuran belakang, saya membayangkan pantainya seperti pantai banyu tibo di pacitan, tapi kenyataaannya ternyata berbeda. Memang sih ada pancuran air tawar tapi tidak deras karena saat itu belum musim penghujan. Tapi pantainya tetap indah! Ada penyewaan kano juga disana, ada ayunan, dan beberapa penjual minuman ringan oleh penduduk setempat. Cukup lama kami habiskan waktu di pantai Pancuran Belakang. Setelah puas, mas Jojo mengajak kami mencari kepiting di salah satu pantai tak bernama, atau saya saja yang ga tau namanya. Sebelumnya beliau mengajak beberapa anak muda Karimun untuk ikut bersama kami. Ada mas mamat yang katanya asli Jogja, kemudian mas blablabla atau mas george atau entahlah nama aslinya, dan satu lagi, saya lupa namanya. Tapi sudah hampir satu jam kami mencari kepiting, kepiting tak jua kami dapatkan. Mungkin karena kami tidak berbakat jadi nelayan pemburu kepiting, atau perlu pakai umpan uang biar tuan krab mau muncul dan menjadi santapan kami nanti malam, hahaha.
                Karena ga berhasil dapat kepiting atau kerang akhirnya kami balik dan mas-mas karimun tadi memetikkan beberapa kelapa muda untuk kami. Ah segarnya, wehh kami juga jajan di warung dan harganya ga beda jauh sama di jawa. Oh iya, hasil bumi yang paling dikenal untuk oleh-oleh yaitu mete yang perkilonya sekitar Rp 75.000,- kalau tidak salah. Sayang saya ga beli.
                Lanjut neeehhh, setelah minum dan jajan-jajan ringan, kami melanjutkan ke bukit Love. Ya kenapa di sebut bukit love atau bukit cinta, karena di sana ada lambang love yang biasa digunakan untuk berfoto. Selain itu, naik sedikit kami sudah menemukan bukit dengan tulisan karimun jawa dan view pantai yang indah bangeeettttt buat ngeliat sunset. What a beautiful twiligh i’ve ever see!! Matahari seolah dengan angkuhnya tenggelam di batas cakrawala. Senja yang indah untuk mengakhiri hari pertama di Karimun Jawa.
                Malamnya setelah makan malam dan bersih-bersih, saya dan dua teman kakak sepupu saya, mbak Atina dan mas Huda ngobrol santai dengan mas Jojo dan mas Dije dan satu lagi guide well yang bikin gila dengan ide-idenya, bang Jay. Kami ngobrol seru tentang pengolahan sampah botol plastik dan keadaan karimun serta masyarakatnya dalam menghadapi kepariwisataan di Karimun Jawa. You should know, not everybody knew about tourism in their hometown, they only knew how to made these destinations famous and have a lot of tourist but didn’t knew how to save the nature. So, that’s way, we should knew about sustainable tourism, ecotourism and the impact of the tourism. Obrolan yang penuh bobot untuk malam yang melelahkan, tapi rasanya otakku terisi lagi, ga percuma dong bolos kuliah (jangan ditiru) tapi di Karimun malah dapat kuliah berpuluh-puluh sks dan itu worthed banget.
                Hari kedua pun datang! Hari ini saya dan rombongan menyusuri wisata darat di Karimun Jawa. Destinasi pertama kami adalah pantai Anora dengan gundukan bukit cintanya hehe. Pantai Anora adalah pantai tersembunyi yang jarang di ekspos oleh wisatawan domestik, katanya kebanyakan yang datang malah wisatawan mancanegara yang memang senang blusukan. Aku suka pantai Anora. Sebenarnya pantai dan bukit ini adalah milik investor swasta kemudian oleh Bapak Asrori ditata sedemikian rupa sehingga menjadi objek wisata yang menakjubkan. I thought it was like little Belitong. Yah walaupun saya belum pernah ke Belitong. Tapi, Anora menyajikan eksotisme pantai yang berbeda. Semoga kelestariannya tetap lestari. Ada sedikit cerita lucu tentang asal-usul nama Anora. tanpa sengaja saya nyeplos, “Namanya Anora, mungkin bapaknya pengen ngasih nama Amora yang artinya cinta tapi kepleset jadi Anora kali ya.” Nah lalu ditimpali oleh seorang bapak-bapak penduduk lokal yang sedang duduk di warung sebelah, “Asal nama Anora itu dari kata Ana po ora, karena sebelumnya tidak ada yang tahu siapa pemilik dari bukit dan pantai itu.” begitulah pendapat bapak yang katanya dulu berasal dari jawa tengah yang sudah merantau ke karimun sejak 30 tahun lalu.
                Wihi next destination aja deh. selanjutnya kami melajukan motor kami melewati jalan beraspal yang menghubungkan pulau Karimun Jawa dengan pulau Kemujan menuju kawasan hutan mangrove. Jadi, kata mas Jojo, hutan mangrove inilah yang bikin karang-karang di karimun tetap bagus. Eh tanpa hutan mangrove ini, pulau kemujan dengan karimun ga bakal tersambung kaya sekarang. Yups kita bareng-bareng treking mengelilingi jalanan kayu mengitari hutan mangrove sampai ke pos pemantauan (sebenarnya namanya pula saya tak tahu). Nah sebelum ke pos, mas Jojo ngajarin kita nanam mangrove. “Yuk ke kutub nanam mangrove” what the damn words speak out from my mouth haha. Yah selain nikmatin pemandangan yang addorable, kita juga dapat ilmu yang bermanfaat. Terima kasih Jelajah Karimun
                Abis nanam-nanam mangrove, kami gas menuju pantai di ujung karimun, pantai yang katanya jarang di jamah wisatawan. Perjalanannya sangat mengasikan, kami lewat kampung suku bugis dengan aksen khas rumah adat panggungnya. Wih pulau kecil yang beragam suku.
                Dan aku tahu mengapa pantai ini jarang di kunjungi. Trek menuju kesana so damn awfull, berpasir dan berkelok-kelok (lebay). Ya tapi memang seperti itu. finally we got it! Welcome to Pantai Batu lawang atau pantai Watu nganten, kenapa dinamakan seperti itu? karena ada dua batu besar menjorok ke tengah laut dan katanya mereka pasangan yang tidak direstui kemudian kabur begitu saja. Seremm! Tapi sungguh, pantai ini beda dari pantai-pantai lain, kamu mungkin tidak akan mudah menemukan pantai jenis ini, dimana hamparan alga hijau memenuhi pinggir pantai dan it was really amazing views. Terbayar susahnya menuju pantai ini. matur suwunun Gusti!
                Cukup lama kami di pantai Batu Lawang. Suasananya yang sepi dan kebersamaan yang menyenangkan membuat kami lupa bahwa masih ada destinasi yang belum kami kunjungi. Akhirnya, setelah ga mager, kami bangkit dan melanjutkan perjalanan.
                Bang Jay memang benar-benar membuat kami explore Karimun Jawa. Belum puas menunjukan kami hamparan alga hijau, beliau membawa kami ke pantai terpencil diseberang hutan mangrove dengan jalan yang bisa dibilang ekstrim. Namun, kami hanya sebentar di pantai terpencil tersebut, kami melanjutkan ke pantai disebelah pantai barakuda, pantai dengan pohon kelapa yang melambai-lambai syahdu. Eh sebelumnya kami membeli es potong goreng yang enak banget, harganya Cuma Rp 3000,- loh, serasa balik ke masa kanak-kanak.
                Hanya sebentar kami di pantai itu, bang Jay lalu mengajak kami ke pantai tanjung gelam untuk melihat sunset. Ga di Karimun kalau tiap senja ga lihat indahnya matahari tenggelam. Sebenarnya tanjung gelam juga ada spot snorkelingnya kata mba ratri, sepupu saya, namun untuk trip laut kami mengambil hari ketiga. Kami memutuskan hanya menikmati sunset dan berfoto di pohon kelapa yang hitz banget. Sayang, semua kamera baterainya telah habis haha. Hari kedua kami berakhir ditutup kembali dengan keindahan sunset pantai Tanjung Gelam!

                See you on karimun jawa chapter II in days 3. Happy vacation!

Thursday, October 29, 2015

Rinduku untuk Prau dan Kalian

                Gunung prau adalah gunung kedua yang saya daki bersama teman-teman saya. Pengalaman yang paling mengenang sekali!!
                Kami berangkat dari Jogja sekitar pukul 6 sore sehabis solat magrib dengan keadaan hujan lebat. Tadinya saya sempat ragu dan tidak jadi ikut. Namun, karena banyak yang ikut akhirnya kami memutuskan untuk berangkat. Menerjang rintik-rinrik hujan yang semakin deras. Kami berangkat ber 11. Dan willy naik motor sendiri huhu.
                Intinya sampai di dieng dan basecamp pendakian gunung prau pukul 12.00 kurang dan setelah solat isya kami pun langsung tancap kaki dan pergi mendaki. Rintik gerimis tidak menghalangi langkah kaki kami. Sembari tertawa dengan guyonan-guyonan dina yang absurd (really miss that moment) kami melewati tapak demi setapak jalur pendakian. Saat itu, gunung prau sedang ramai-ramainya. Bahkan untuk mencapai puncak kami harus mengantri seperti di mall.
                Finally kami sampai di puncak dannnnnnnn tidak seperti ekspektasi kami, gunung prau saat itu benar-benar seperti pasar malam dimana tenda-tenda begitu banyaknya mengalahkan jumlah pohon. Bagas bete. Lalu kami naik ke bukit yang lumayan sepi dan mendapatkan tempat berdiam. Saat itu kami tidak membawa tenda dan hanya menggunakan sleeping bag.
                Pagi datang! Sunrise yang banyak dikatakan sebagai sunrise yang paling indah pun muncul ke permukaan, hurayyyy!

                Sebenarnya perjalanan ke gunung prau ini banyak sekali critanya mulai dari berangkat sampai pulang. namun ada bab-bab yang tidak seharusnya diceritakan. But, thanks bangettttttt guys!!!! Terimakasihhh NUHA, WILLY,  TEGAR, DINA, PRINCA, NURMA, NILNA, BAGAS, HAFIDZ, MAMANG! Kalian luar biasa. Rindu sekali dengan perjalanan kita. Kapan kalian selo dan kita jalan-jalan lagi :”

Sunday, October 18, 2015

Kemping Ceria

                Minggu-minggu yang padat dengan acara yang silih berganti membuat saya kurang piknik! Beruntungnya, minggu lalu, tepatnya hari jumat, saya dan beberapa teman dari futsal putri UGM pergi kemping ceria. Nama resminya sih makrab futsal putri UGM. Namun, karena hanya sedikit yang ikut jadi diubahlah jadi kemping dan main-main ceria bersama futsal putri UGM.
                Pada awalnya akan dibagi menjadi dua kloter karena ada beberapa yang bisa siang hari dan ada yang sedang ujian sehingga bisanya sore hari. Namun kenyataannya, kita semua berangkat malam hari. Iya! Malam! Pukul 6 sore kami janjian di gelanggang, baru sedikit yang datang dan masih menunggu tenda dan konsumsi. Akhirnya, kami makan-makan dulu di foodcourt gelanggang. Tarararaa.. molor dan berangkatlah kami pukul setengah 9 kurang dikiit haha. Kami ber 14 orang dan perempuan semua. Gaada kata takut atau worried tentang apapun. Gaada yang rewel gajadi ikut. Padahal ada beberapa yang sedang flu dan tetap dibela-belain ikut. Cinta banget sama anak futsal UGM!
                Ngenggg. Berangkatlah kita menembus pekatnya malam. Beriringan saling bonceng membonceng menyusuri jalanan kota Jogja menuju pantai di Gunung Kidul. Tidak begitu sepi namun tidak ramai juga. Hampir pukul 10 kami beristirahat di indomaret di perempatan jalan wonosari. Belum terasa lelahnya. Setelah beristirahat sebentar kamipun melanjutkan perjala
nan, masih beriring-iringan. Karena aku di sebagai pembonceng, aku  berusaha menyemangati Retno dan membuatnya tidak ngantuk dan tetap konsen dengan shalawatan di sepanjang perjalanan. Seru sekali!
                Sampai di daerah yang tidak tahu namanya, ternyata ada razia dari polisi! Hmm terpaksa deh kami turun dan menunjukkan surat-surat penting, SIM dan STNK. Untungnya semuanya lengkap! Kami ditanyai dan diminta hati-hati oleh bapak polisi. Siap pak!
                Eh! Ada yang ketinggalan! Ternyata kak Rebi dan Kak Puyol tertinggal jauh karena ban motor mereka bocor. Wih untungnya masih ada tukang tambal ban yang mau buka dan menambal ban motor Kak Rebi. Alhamdulillah! Setelah pengecekan ban tiap motor, biar gaada yang bocor lagi kami pun segera melanjutkan perjalanan!
                Tidak sampai pukul 12 malam kami sudah sampai di Pantai Siung!!! Segeralah mendirikan tenda. Tentunya kak linggar dkk yang udah biasa berurusan dengan tenda dan pasak segera sedia membangun tempat berteduh. Hihi aku mah apa, Cuma bisa pegang pegang stick hitam yang disambung-sambung itu. yey finally tendanya jadi. Tapi, kami malah cerita diluar. Aku sih tidur, tapi ada beberapa yang ga tidur. Katanya takut ga bangun lagi.

                Paginya kita seru-seruan main air sama futsal pakai bola plastik. Setelah puas seneng-senengnya kita packing terus cao pulang deh! haha ga mutu banget ya cerita ini. Tapi, pengalaman ini sangat bermutu loh. Makasi banget buat divisi jalan-jalannya futsal putri UGM, Kak Rebi, Kak Linggar, Kak Puyol, Kak Retno, Kak Ayu, dan Tyas. Makasi buat teman-teman juga, kak Tika, Gekta, Agnes, Retno, Exis, Amalia, dan Nisa! Ga sabar main bareng kalian lagi!

Friday, August 28, 2015

Gunung Merbabu, Gunung berpasir

                Pendakian ketiga adalah mendaki gunung merbabu. Gunung merbabu adalah gunung yang sudah berstatus tidak aktif dan banyak didaki oleh para pendaki baik pemula maupun yang sudah ahli. Pemandangan dari gunung merbabu selalu menarik untuk dinikmati. Banyak yang mengatakan bahwa merbabu adalah gunung yang PHP(pemberi harapan palsu) karena puncaknya yang nampak dekat di mata namun jauh di hati, eh jauh di kaki. Jalur pendakiannya sendiri, setahu aku sih ada tiga, jalur selo, jalur wekas dan yang baru-baru ini dibuka adalah jalur suwanting yang katanya memiliki pemandangan yang luar biasa enchanted! Huehehhe
                Okay! Rencana awalnya sih, aku diajak mendaki oleh salah satu teman SMA. Nah, karena kebetulan, teman-teman parwi (yang biasa ngajakin naik gunung) sudah mendaki merbabu dan aku belum pernah. Maka, aku iya-in saja deh. Kebiasaan orang kalau bikin janji kan wacana doangkan? Aku ga pengen kaya gitu. Akhirnya, aku nyari-nyari temen buat diajakin naik. Ada Atuk, Lala, Ningrum, Vian dkk. Eh pas mendekati hari keberangkatan, kakak kelas SMA minta mau ikut juga, namanya Mas Avan. Tararara banyak banget deh yang mau ikut.
                Tapi pas mendekati hari H yang fix jadi ikut hanya empat orang, Flora, Fenta, Atuk dan Mas Avan. Kami berangkat pukul setengah 2 setelah solat jumat, sebelumnya, kami prepare dulu, sewa menyewa tenda, sleeping bag dan matras. Kami berangkat menuju jalur pendakian gunung merbabu via Selo. Karena titik kumpulnya di Muntilan, kami berangkat lewat Talun kemudian Ketep dan menyusuri jalan menuju basecamp. Pukul setengah empat kami tiba di basecamp pendakian. Setelah sholat ashar, bersiaplah kami mendaki. AAAA! Tamu bulanan malah datang! Tidak pas banget waktunya. Tapi karena sudah prepare dan lain sebagainya. Aku tetap niat untuk mendaki. Pukul lima tepat kami memulai pendakian. Langkah demi langkah menyusuri jalan setapak yang mulai menanjak.
                Bulan-bulan ini memang naik gunung menjadi hits banget, tidak heran kalau selama pendakian banyak banget pendaki yang turun maupun naik. Sampai lelah Flora bilang “Mari mas” “Monggo” “Semangat” tapi kita tetap harus sopan dan saling menghormati kan. Pukul enam lebih beberapa menit kami berhenti di tempat yang landai, kewajiban tetaplah kewajiban. Setelah semua selesai sholat, kami mulai berjalan lagi. 10 menit dari tempat istirahat, tibalah kami di Pos satu. Karena nanggung banget kami hanya melewati pos satu dan mulai perjalanan menuju pos-pos berikutnya. Hari mulai gelap dan jalan mulai berdebu. Pendakian kami berempat ditemani anak-anak SMP yang ribut banget di belakang.
                Berjalan, berjalan dan berjalan waktu seakan berjalan cepat dan kami tidak sampai-sampai. Rencana kami adalah bisa mendirikan tenda di sabana 2. Namun, perkiraan pasti terkadang meleset. Setelah sampai di Pos tiga dan beristirahat sebentar, kami mulai berjalan menuju sabana satu. Baru beberapa tanjakan, salah satu temanku yang bernama Atuk, kedua kakinya keram dan menyuruh kami berjalan duluan. FYI, dia udah 6 kali mendaki merbabu dan ini yang ketujuh. Tapi, karena rasa setia kawan, kami bertiga tetap menunggunya. Mas Avan mulai membantu Atuk mengurangi beban tas (sebenarnya ga membantu juga, kan kakinya yang bermasalah) tapi salut deh buat Kakak kelas satu ini. hampir setengah jam lebih, akhirnya, Atuk mampu berjalan lagi walaupun pelan-pelan. Katanya sih, kakinya pernah cidera pas main futsal jadi udah cacat dan sering keram (katanya).
Saat tiba di depan “in memoriam” ada dua persimpangan, kanan dan kiri. Kamipun melewati persimpangan yang kanan karena mas-mas di atas kami berteriak bahwa jalannya enak yang kanan. TAPI, ternyata jalannya sama saja bahkan lebih ngeri, jalannya menanjak dan berpasir. Sekali injak bisa runtuh dan jatuh kebawah. Tidak ada pijakan yang pasti. Salah banget, aku sok-sokan di depan dan nyari jalan. AAAAAAAAAAAAA karena gak konsentrasi aku gagal menemukan pijakan dan hanya bisa berpegangan erat pada ranting pohon kecil yang sanggup aku raih. Panik, tapi Mas Avan sama Atuk masih di bawah. Aku ga kuat! Jatuh deh, merosot dengan cepat ke bawah dan CELAKANYA, Fenta tepat berada dibawahku. Secara tidak langsung, Fenta aku tabrak dan jatuh menimpa tubuhku (baca:kesleding). Kita berdua merosot ke bawah. Untung saja! Mas Avan ada di bawah Fenta dan berhasil menahan laju jatuh kami. Selamat ya Allah! Atuk dengan tertatih-tatih karena masih terasa keram kakinya berusaha meraih tanganku dan menarik ke atas. Aku berhasil menemukan pijakan. Tapi, Fenta masih takut. Ia berpegangan kaki Atuk dengan eratnya (Kejadian ini kaya sinetron yang kalau direka-reka kaya gini “Aku tak sanggup, Tuk” “Jangan dilepas!” “Sudah aku tidak sanggup (kemudian melepaskan pegangan tangannya) “Selamat tinggal”) HAHAHA lucu saja, untung dibawah Mas Avan sigap menangkap dan membantu Fenta.
Finally, kita berempat berhasil menemukan jalan yang benar dan melanjutkan pendakian. Hampir satu jam lebih kami berkutat dengan jalan berpasir laknat itu. 15 menit kemudian kami sampai di sabana satu. Lelah! Ga sanggup! “Ngecamp sini aja”. Diputuskanlah, kami mulai membangun tenda di Sabana satu. Meleset dari ekspektasi yang rencananya mau ngecamp di sabana 2. Terlampau lelah. Gaququ~
Paginya, gagal menikmati sunrise!!! AAA gara-gara telat bangun dan ga dibangunin! Jahat banget. Tapi yasudahlah, mereka juga tidur lagi. Jam tujuh tepat aku bangun dan ngebangunin satu-satu tapi masih pada tepar. Duh, padahal pengen ke puncak! Akhirnya, Atuk bangun, aku langsung mengajaknya untuk menemaniku mendaki ke puncak. Aku sudah tidak tega melihat Fenta yang tadi malam masih ketakutan gara-gara jatuh. Dan Mas Avan yang masih pulas banget tidurnya.
Kami berjalan bersama 2 pendaki lain menuju sabana dua. Sekitar setengah jam kami sampai di sabana dua. Trek yang dilalui hampir sama kaya tadi malam, menanjak dan berpasir. Untunglah pijakannya banyak yang mengeras dan tidak gampang runtuh. Aku melihat ke arah tanjakan menuju puncak. Males banget buat lanjutin. Lelah. Akhirnya kami hanya muter-muter dan aku mengambil beberapa foto. Karena sedang datang bulan, perut dan mood emang benar-benar gak bisa diajak kompromi. Sedikit deh foto di merbabu.
Setelah puas nge-foto-in pemandangan, kami pun turun. Sampai di tenda hanya ada Fenta yang sedang beres-beres tenda. Mas Avan pergi menyusul kami ke puncak. Tapi kami benar-benar tidak berpapasan dengannya. setelah menunggu, dan Mas Avan kembali. Kami mulai beres-beres dan packing untuk turun. Perjalanan turun tidak lama, apalagi sembari berlari. Namun, karena lelah banget dan perutnya sakit banget, aku hanya berjalan pelan saat tiba di pos dua sampai basecamp.
Perjalanan yang penuh cerita. Terima kasih Fenta sudah ngajakin Flora mendaki merbabu, pokoknya jangan kapok mendaki gunung denganku. Mas Avan yang sudah baik banget mau nyewa-nyewain dan jadi porter sementara HAHA jangan kapok main sama Flora. Atuk, sang penjelajah merbabu tapi dibuat ngilu pas kakinya keram, ajak-ajak lagi kalau mendaki gunung ya! Dan terimakasih Gunung Merbabu. Salam Nutrisari hihi
FYI, kemarin gunung merbabu kebakaran loh dan itu kebakaran paling besar dan sumbernya dari jalur pendakian via Selo. Please banget buat teman-teman yang mendaki gunung, kalau mau bakar-bakar jangan lupa apinya dimatiin ya kalau ditinggal, kan kasihan vegetasi di gunung merbabu jadi korbannya. Padahal mereka yang bikin pendakian gunung merbabu lebih berkesan loh. Sama satu lagi, kalau mau salam-salam lewat kertas, PLEASE dibawa pulang lagi kertasnya, jangan di buang sembarangan. Kemarin di luar tenda Flora, ada dua kertas “Happy Birthday Nining” yang dibuang seenaknya! Kan GA ENAK BANGET dipandang. Kalau ke gunung cuma mau bikin oret-oretan kaya gitu, JANGAN DI GUNUNG DEH, apalagi kalau di buang sembarangan. Kampungan. Bhay!!

                

Tuesday, August 18, 2015

Pesona Gunung Lawu Via Cetho

                Gunung lawu adalah gunung ketiga yang saya daki bersama teman-teman pariwisata 14. Itu adalah pendakian yang paling berkesan dan memiliki banyak cerita. Gunung yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur ini memang memiliki banyak kisah misterius. Gunung lawu memiliki tiga jalur pendakian. Cemoro Kandang, Cemoro Sewu dan jalur Cetho. Kebanyakan pendaki lebih memilih mendaki melalui jalur cemoro kandang dan cemoro sewu. Padahal jalur cetho, yang memang baru dibuka akhir-akhir itu, memiliki pemandangan yang luar biasa indahnya.
                Sebelumnya mendaki gunung lawu sebenarnya kami ingin mendaki ke merapi, namun karena barusan terjadi kecelakaan yang menewaskan saudara kita, Ery, yang terjatuh di kawah gunung merapi, menyebabkan jalur pendakian gunung merapi ditutup untuk sementara waktu. Akhirnya, diputuskanlah mendaki gunung lawu. Awal diajak aku sangat bersemangat karena memang ingin refreshing sebelum uts seminggu kemudian. Namun, karena tidak adanya teman perempuan yang mau menemani, aku menjadi ragu dan ingin mengurungkan niat. Tapi, keinginan untuk tetap bisa mendaki gunung lawu amatlah kuat sehingga pada akhirnya aku memutuskan untuk ikut. YEY!!

                Berangkatlah kami! Bagas, Nuha, Mamang, Tegar, Havid, Nael dan Flora. Yes! Jadi perempuan sendiri, tapi ga masalah. Mereka berenam luar biasa baik dan mau menjaga Flora kok. Hahaha. Sebelum berangkat, kami berkumpul di kontrakan Bagas. Setelah persiapan yang cukup berangkatlah kami! Aku, Tegar, Mamang, Bagas naik mobil Nael. Nuha dan Havid memilih mengendarai sepeda sampai lokasi. Kami berangkat sekitar pukul 9-setengah 10. Sebelum sampai kawasan candi cetho, kami beristirahat di masjid dekat alun-alun Karanganyar. Eh, sosis bakar di alun-alun Karanganyar enak B.A.N.G.E.T serius!!
Pemberhentian berikutnya adalah kawasan kebun teh di Kemuning. Makan! Yah sebelum mendaki kan kita perlu tenaga, sekalian foto-foto ceria bolehlah di kawasan kebun teh Kemuning yang syahdu banget. By the way, Mie ayam di salah satu warung disini ENAK banget! Tapi, karena aku ga doyan ayam, jadi ayamnya dimakan Tegar sama Mamang. Nah, selesai makan, kita melanjutkan perjalanan ke Candi Cetho. Untuk masuk ke kompleks wisata Candi Cetho dan Candi Sukuh kita dikenakan biaya sekitar Rp 5000,- perorang kalau tidak salah. Lupa!
Hanya ada satu rumah penduduk yang dijadikan basecamp pendakian gunung lawu. Setelah persiapan dan menitipkan kendaraan, kami memulai pendakian. Yohoo!!
Setelah berfoto-foto di candi kethek yang merupakan arah pendakian, kami melanjutkan perjalanan. Sehabis candi kethek, jalur pendakian terbagi dua, satu arah lurus dan menanjak dan satu lagi belok kiri landai dengan pita merah menggantung minta dijamah. Haha. Kami bingung mau lewat mana. Di jalur yang menanjak itu ada tulisan untuk menuju kijang lawu dan ada tulisan jalur motor trek. Setelah menimbang-nimbang. Kami memutuskan lewat jalur berpita merah! Aaaaaaa keputusan buruk!
Jalur yang kami lewati yang tadinya landai berubah menjadi penuh tantangan dengan semak belukar disisi kanan dan kiri. Bisa dibilang, membuka jalan, meskipun terlihat pernah dilewati namun itu sudah terjadi mungkin beberapa bulan lalu karena jalannya benar-benar tertutup semaksemak berduri. Tadinya aku semangat dan bahkan tidak merasakan lelah karena jalurnya memang menantang ditambah obrolan-obrolan asik sepanjang pendakian. Sebelumnya, Bagas telah memprediksi bahwa kita akan sampai di minimal pos 5 untuk ngecamp sekitar pukul 10 malam. Tapi, malam itu, prediksi kita meleset. Kita kehilangan pita merah. Kita di antah berantah! Dan hari sudah gelap. Akhirnya kita memutuskan untuk ngecamp di tempat yang landai di antah berantah. Walaupun kita tidak tahu dimana, tapi bintang malam itu indah banget loh! Dan aku masih bisa mendengar musik dangdut. Heran deh.
Paginya, kita melanjutkan perjalanan. Kembali mencari pita merah yang tadi malam sempat hilang. Jalurnya PHP banget! Sempat punya pikiran yang macam-macam. Terus berjalan dan berjalan dan yeah sore harinya akhirnya! Nemu jalan yang biasa dilewati pendaki yang lewat jalur normal cetho. Bahagia!
Jalur Cetho memang luar biasa, sebelum sampai Hargo dalem alias warung Mbok Yem, kita akan lewat sabana yang indah banget! Terus lewat tanjakan mini yang bisa dikata kek miniatur tanjakan cintanya gunung semeru uwuwuuw keren! Sampai di hargo dalem ketika hari mulai gelap dan kita tidur satu malam lagi di Gunung lawu! Padahal harusnya hari itu kita udah turun loh. Nah, pagi kedua, menikmati sunrise di depan warung mbok Yem. Kalau kataku sih “A(w)mazing!”
Perjalanan menuju puncak kurang lebih setengah jam. Yey! Akhirnya sampai di puncak hargo dumilah 3265 mdpl setelah perjalanan 2 hari yang melelahkan. Setelah berfoto dan kayanya menjadi hal wajib hehe kita pun turun. Tentunya lewat jalur normal. Perjalanan turun sekitar 4 jam-an kalau tidak salah. Jalur Cetho yang normal lebih banyak tanjakan dan asik banget buat turun dengan berlari. Kami tiba di basecamp dan beristirahat serta bersih-bersih sebelum pulang.
Yey! Perjalanan yang luar biasa. Terimakasih Bagas, Nuha, Tegar, Mamang, Havid dan Nael!

Sampai ketemu di cerita berikutnya !!

Tips Mendaki Saat Haidh

Dapat tips dari instagramnya @PendakiCantik sama mba Abek @anak_bebek tentang saat mendaki pas keadaan haidh. Pasti panik banget kan? tapi tetap stay calm dong ya. Nah berikut tipsnya.
1.    Saat kalian sedang haid pada saat pendakian, kalian ga usah panik ya girls, kalau gak haid itu baru kalian boleh panik. Hahaha... if you know what i mean hihihii. Okeh deh yang pertama pastikan dalam packing sudah harus dibawa itu yang namanya pembalut. Nah tau dong cara pakenya? Yakali minta cowok kalian pakein? Kan ga lucu -___- hehe
2.      Pastikan kalian mengganti pembalut atleast 3-4 kali perharinya, ini untuk menghindari kuman di daerah V kalian. Caranya, pada saat berjalan jauh dan sekiranya pembalut udah penuh, segera ganti sebelum tembus. Kalau tembus bakalan lebih repot bersihinnya. Cara ganti pembalut, biasa deh melipir/minggir ke semak-semak atau balik pohon, sedia tissue basah, bersihkan daerah V kalian, pasang pembalut baru dan pembalut lama bisa dilipat dengan tissue/kertas kemudian disimpan di dalam carrier. Inget jangan buang sembarangan!
3.      Gimana kalau pas lagi mendaki tiba-tiba sakit perut akibat haidh, Kak? Pada saat mendaki dan haid, terus perut keram, tidak usah khawatirperbanyaklah gerak dan jalan, jangan terlalu dipikirin dan usahakan jangan sampai minum obat juga untuk anti keram, kenapa? Karena beberapa obat untuk pereda nyeri pada saat haid, efek sampingnya bisa bikin kalian ngefly, apalagi di ketinggian ntar bawaanya ngantuk dan lemes, kecuali ada resep dokter sih.
4.     Dan terakhir, jangan pernah beli pil pencegah menstrurasi gara-gara mau naik gunung, aduh itu darah kotor kok dipelihara, ntar kalau udah dibikin ga haid beneran pada panik lagi, bingung lagi, apalagi gue ga punya pacar hahahaha

Thats it, beberapa tips mendaki saat haid dari mba Abek. Jangan khawatir yah, haidh bukan jadi halangan untuk berpetualang kok. Cheers!

Saturday, August 15, 2015

One Day Beach Trip Part II

                Aku suka pantai! Hei, siapa yang ga suka pantai? Birunya laut, deburan ombaknya, pasir pantainya, nyiur daun kelapa yang melambai (adanya pohon bakau dan daunnya seperti itulah) seperti paradise in the earth. Di Jogja, pantai indah seperti itu berada di deretan pantai selatan Gunung Kidul. Butuh waktu sekitar 2 jam dari Kota Jogja dengan kendaraan pribadi karena akses kesana dengan kendaraan umum memang belum banyak. Sebelumnya, aku pernah mengulas beberapa pantai di Gunung Kidul. Kindly check One day beach Trip part I ya.
                Nah, kali ini hanya tiga pantai yang aku kunjungi bersama dua teman kampus dan satu pacar temanku. Selalu dan tidak pernah ketinggalan, setiap ke Gunung Kidul, Esta akan menjadi pemanduku, kali ini aku juga ditemani travelmate sekaligus fotografer pribadi yang cita-citanya jadi jurnalis, Desy. Kendalanya, tidak ada yang memboncengkan Esta, tapi, untunglah, saat itu (ga efektif banget bahasanya) teman lelakinya bersedia mengantar kami bertiga jalan-jalan. Ah! Beruntungnya.
                Destinasi pertama yang akan kami kunjungi adalah salah satu pantai yang sedang ngehitz banget. Pantai Nglambor. Pantai Nglambor adalah pantai yang berada di sebelah pantai siung, pantai ini terkenal karena menyajikan pemandangan bawah air, bahasa kerennya sih snorkeling. Karena penasaran dan pengen banget nyoba renang sama ikan, aku dan Desy memutuskan untuk reservasi hari sebelumnya.
                Pukul setengah tujuh pagi aku berangkat dari Magelang dan sampai di Jogja pukul tujuh lebih lima belas. Terhitung cepat karena ngebut dan jalanan ga seramai biasanya, padahal hari itu adalah hari sekolah. Sebelum beranjak ke tempat Esta, aku dan desy menyempatkan sarapan di burjo dekat kos Desy. Nasi telur dengan teh panas. Sungguh suguhan pagi yang sederhana namun mengenyangkan. Pukul 8 kami mulai menyusuri jalan Jogja-Wonosari menuju rumah sahabat kami tercinta, Karunia Lestari, yang asik dipanggil Esta. Tanpa buang waktu, setelah sampai dan beristirahat sejenak kami langsung tancap gas menuju tujuan kami.
                Panas mulai menyerang kulit dan berusaha merubah warna kulit menjadi kehitaman, tapi kami tetap memacu motor. Pukul setengah 11 kami tiba di pantai Nglambor. Saat itu, jalan menuju pantai dari jalan utama masih berbatu dan menanjak, terlihat sekali baru dibuka beberapa bulan. Dengan 15% keberanian dan sisanya nekat, aku berusaha mengendarai Rio menakhlukan jalan berbatu itu. Tapi, bagi yang tidak berani melewati jalan berbatu itu, tersedia beberapa tukang ojek yang siap mengantar.
                Karena sudah reservasi sebelumnya di Bintang Nglambor Snorkeling, kami segera menuju gubug BNS. Disana nampak hanya ada satu rombongan yang menanti. Aku menemui salah seorang petugas sekaligus pemandu disana. Mas Adit namanya, beliau sangat ramah dan asik diajak bercanda.
                Laut mulai siap diajak bermain, sekarang ada sekitar 5 rombongan yang akan bersnorkeling ria bersama kami. Setiap rombongan ditemani 2 pemandu. Aku dan Desy merasa beruntung dipandu oleh Mas Adit langsung dan Bapak S. Setelah mendapatkan pengarahan singkat, kami mulai meluncur ke tepi pantai. Laut saat itu sedang bagus-bagusnya, ombak tidak terlalu tinggi dan kedalamannya pas untuk melihat terumbu-terumbu karang yang indah. Sembari berenang-renang melihat terumbu karang dan ikan-ikan, kami ngobrol bersama bapak Slamet dan Mas Adit. Dahulu, pantai Nglambor hanya pantai biasa yang kurang terekspose, sampai suatu ketika, Mas Adit dan teman-temannya yang memang senang bermain selancar menemukan potensi yang menjanjikan di Pantai Kecil ini. sebuah keberuntungan yang mendatangkan keuntungan menurutku. Dengan susah payah dan memulai dari nol, mereka berusaha memasarkan objek wisata baru ini. Dan yah jadilah Pantai Nglambor menjadi salah satu destinasi baru yang menawarkan atraksi wisata baru di daerah Gunung Kidul.
                Sesuai penjelasan Bapak S, setiap weekend, Pantai Nglambor bisa didatangi lebih dari 100 orang yang ingin menikmati keindahan bawah terumbu karang dan ikan-ikan lucu. Tidak ada pembatasan pengunjung!! Aku kaget! Kalau dibiarkan seperti itu, bukankah nanti ekosistem terumbu karang akan terganggu yah. Tapi, Bapak S menjawab dengan entengnya, bahwa mereka tidak ingin mengecewakan para wisatawan yang sudah jauh-jauh datang.
                Ironi, dimana pariwisata menjadi kegiatan yang serba salah. Di lain pihak tentu manusia menginginkan keuntungan dalam proses pariwisata tersebut. Namun, sisi lain, bila kegiatan itu melibatkan alam sebagai daya tarik utama, akan lebih baik bila adanya upaya konservasi dan pelestarian sehingga alam tidak rusak oleh ulah manusia. Sebab tidak semua manusia memiliki keinginan untuk menjaganya kebanyakan justru hanya menikmati keindahannya dan meninggalkannya begitu keindahannya telah tiada.
                Well, balik ke pantai Nglambor, selain hal diatas, pelayanan BNS sangat memuaskan. Suka! Baik banget bapak dan mas pemandu! Oh iya, untuk snorkeling di Pantai Nglambor kita cukup merogoh saku Rp 50.000,- sudah termasuk asuransi, peralatan snorkeling, dokumentasi underwater  dan pemandu yang baik-baik. Selamat bermain dengan ikan!
                Sesudah dari pantai Nglambor, waktu itu sekitar pukul 2 siang. Mau pulang kok males, akhirnya kami berempat memutuskan pergi ke Pantai Sadeng. Pantai paling ujung timur dari pantai di Gunung Kidul. Untuk menuju Pantai Sadeng dari pantai Nglambor membutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan. Perjalanan menuju Pantai Sadeng sangat menakjubkan, kita akan melewati bekas sungai purba yang #warbiyasak. Sisi kiri jalan adalah jurang yang kemudian menyambung meninggi menjadi tebing yang indah banget. Mungkin dulunya pernah dialiri sungai yang bermuara di pantai sadeng.
                Hanya dikenai biaya Rp 2000,- untuk parkir motor. Pantai sadeng adalah pelabuhan para nelayan. Banyak perahu-perahu nelayan yang ditambatkan di dermaga. Bahkan ada perahu keamanan milik kepolisisan. Saat tiba disana sangatlah sepi. Walaupun pantainya biasa aja, tapi, ada kesan mendalam di pantai ini. karena gak bisa lihat sunset di sini, kami berempat memutuskan melihat sunset di Pantai Wedi Ombo. Balik lagi deh!
                KACAU! HAHA. Pantai wediombo juga gabisa buat lihat sunset. Ada karang besar yang menutup tenggelamnya matahari. Tidak masalah! Kita malah foto action dan bermain pasir. Gelap mulai datang, kami memutuskan untuk pulang. tadinya, kita ga berniat nyampe malam kaya gini, karena aku ada pertandingan futsal dan Desy ada kurasi foto. Tapi untunglah, pertandingan futsalku ditunda. But, aku benar-benar minta maaf Des, kamu jadi gak bisa ikut kurasi. I am really sorry.

                

Penuh Cerita di Gunung Andong

                Pertama kali naik gunung ya pas mendaki Gunung Andong. Pertama dan bikin ketagihan. Sumpah, nagih banget sekarang buat jalan ke gunung. Ada rasa tersendiri dari setiap langkah yang aku jejakkan ketika memulai pendakian. Gunung Andong tidak bisa disebut sebagai gunung yang tinggi atau membutuhkan waktu yang lama dalam proses pendakiannya. Bahkan gunung ini bisa disebut bukit bagi para pendaki profesional yang sudah mendaki berpuluh-puluh gunung. Walaupun dianggap remeh, tapi gunung dengan ketinggian 1726 mdpl ini memiliki banyak kenangan dan pembelajaran. Pemandangan yang luar biasa yang dapat dinikmati membuatku menyadari betapa indahnya alam ini. Lagi pula, Gunung Andong masih masuk dalam kawasan kota kelahiranku, Magelang.
                Ekpedisi (sok ala-ala penjelajah) menuju Gunung Andong dimulai dari bundaran kampus UGM saat pukul 9 malam. Sebenarnya acara ini sangat mendadak dan aku hanya meng-iya-i ajakan salah seorang kawan baik. Balik pas pukul 9 malam, kita berkumpul di bundaran UGM, menunggu kawan-kawan lain yang masih dalam perjalanan. Saat itu, benar-benar tidak tahu harus membawa apa, tidak punya perlengkapan naik gunung dan hanya berbekal nekat dan tekad yang kuat.
                Akhirnya semua rombongan berkumpul, ada 10 orang. 8 orang dari pariwisata 2014 dan 2 orang perempuan (lupaaaa namanyaa! Jahat banget!) adalah teman Nuha. Ya! Terdiri dari Flora, Dina, Nuha, Bagas, Tegar, Yunus
(mamang), Irham(imboth) dan Dzakwan. Terbilang rombongan yang banyak untuk sebuah pendakian. Tapi kami enjoy saja. Tepat setengah 10-an kami memulai perjalanan. Melewati jalan Magelang malam-malam, naik motor, sudah biasa dan ketika melewati pertigaan palbapan di daerah Muntilan, rasanya pengen pulang dulu. Hahahaahahahhaa. Kami tiba di basecamp Andong sekitar pukul 12 malam. Oh iya tiket masuknya lupa, faktor ngantuk sih. Maaafkannn. Tapi kalau tidak salah Rp 5000,- ya atau mau ada yang menambahkan? hihi
                Setelah melepas lelah perjalanan, kami bersiap untuk mendaki. Jujur, hatinya deg-degan takut kalau terjadi apa-apa pas perjalanan ke puncak. Tapi dengan doa, hatiku mulai merasa nyaman dan bismillah bisa sampai puncak. Pendakian berjalan dengan aman dan sejahtera hahaha. Kami berjalan pelan-pelan sembari tertawa, ditambah Dina memiliki pemikiran-pemikiran konyol yang tidak habisnya membuat kita tertawa sepanjang perjalanan. Namun, sampai ditengah perjalanan salah satu dari kami mengalami permasalahan. Ika! Ya! Aku baru ingat nama teman Nuha adalah Ika. Dia mungkin kelelahan dan kurang latihan fisik sehingga berhenti dan mengerang kesakitan. Duh, aku ga ngerti gimana cara membantunya. Yang aku bisa hanya memberinya semangat! Akhirnya, tas ika dibawa oleh Bagas dan Ika kami suruh berjalan di depan. Sugesti aja sih, kalau berjalan di belakang serasa lelah banget gak sih, ngerasa kita harus ngejar yang di depan. Beda kalau berjalan di depan, kita bisa nentuin ritme langkah kaki kita tanpa perlu takut tertinggal.
                Tarararara, Ika mulai sehat dan semangat berjalan, ditemani Dzakwan, Ia berjalan paling depan. Beberapa menit sebelum puncak, kami kaget karena Ika dan Dzakwan sudah menghilang. Kami panik! Bagas berlari mengejar ke depan. Di tambah lagi mereka berdua di panggil tidak ada yang menyahut. Ini gunung, kanan  kiri hutan dan berjurang. Khawatirlah kita ber delapan. Tapi, untunglah mereka tidak tersesat seperti dugaan kami, mereka justru sedang melihat bintang dan lampu-lampu kota Magelang di atas sana. Jengkel bangetttt!!! Aaaa bikin cemas aja hahhaha.
                Finally, yeyy kita nyampai puncak. Ngantuk banget dan seriously, kita para perempuan gak ada yang bawa sleeping bag. Namanya juga beginner hahaha. Untunglah, para Arjuna membawakan kami sleeping bag. Anginnya kencang banget. Dinginnya luar biasa. Dan karena kami emang niatnya hanya mendaki dan turun keesokan harinya maka kami tidak membawa tenda. Terpaksa harus tidur dengan sleeping bag beralas jas hujan. Para anak adam memutuskan gak tidur dan memasak untuk kami. Lumayanlah, aku bisa tidur setidaknya satu jam. Pas bangun, aku menyusul mereka, menyerutup kopi yang lumayan bikin badan jadi hangat. Sembari meminum kopi kami menanti matahari terbit. Karena ini, first time aku naik gunung dan bisa ngelihat matahari terbit diantara gunung yang aku lupa apa gunung merapi atau merbabu ya, entahlah. Tapi aku menikmatinya. Sungguh indahnya luar biasa, alay ya? Bukankah kita harus mensyukuri nikmat yang alam berikan? Haha tapi aku bersyukur, masih diperbolehkan naik gunung oleh kedua orang tuaku.
                Paginya kami berkeliling melihat tenda-tenda para pendaki lain. Saat itu, gunung Andong masih belum seramai sekarang. Setelah puas foto-foto gila, kami beres-beres dan mulai turun. KESALAHAN BESAR! Jangan sekali-kali naik gunung pakai sepatu converse apalagi sepatunya kw HAHA. Selain ga nyaman, saat turun jalan jadi licin dan malah jadi pelosotan. tapi, itu malah membuat perjalanan turun kami menyenangkan.
                Saat itu tanggal 22 Februari dan salah satu teman saya ulang tahun. Namanya Nuha. Selamat ulang tahun ya ha, hadiahnya naik gunung bareng Flora haha. But, thanks banget buat Bagas yang memang baik banget dan bertanggung jawab banget sama temen-temennya, Imboth yang udah boncengin Flora dari berangkat sampai pulang, Dzakwan yang lucu dan baik banget mau bawain sleeping bag, Tegar yang uda mau kameranya dipenuhi foto-foto alay kita, Mamang yang udah baik banget selalu stay behind me sejak DOJ ngahahaha jadi keinget makrab. Terus Dina, aaa walaupun kita ga deket tapi kamu teman yang hebat terimakasih, dan dua teman Nuha, Ika dan lupa namanya haha, teman baru dan ramai. Pulangnya, Flora, Dina, Ika dan Bagas di traktir Nuha soto lamongan!
                Hari yang Indah! Sampai berjumpa di petualangan berikutnya!


Friday, August 7, 2015

One Day Beach Trip Part I

                Perjalananku kali ini mungkin bisa disebut one day beach trip yah. Libuaran semester satu, aku habisin buat jalan ke tempat teman satu kelas yang tinggal di daerah gunung kidul. Aku berangkat dari rumah pukul setengah tujuh pagi dan sempat kesasar sebelum sampai ke rumah temanku tersebut. Sampai disana pukul 9 pagi, bayangin dari rumahku di daerah Magelang sampai gunung kidul aja uda hampir 2 jam lebih. Ah  lemes, males kemana-mana pas udah nyampe tempat temenku yang namanya Esta. Di tambah lagi, mamanya Esta bilang, “Sudah, nduk. Jalan-jalannya besok saja. Istirahat dulu.” Yap! Akhirnya aku putusin buat leyeh-leyeh dulu.
                Tepat pukul setengah 11, si Esta ngajakin buat jalan di deket-deket rumahnya. Hmm aku kepikiran pengen ke gunung api purba nglanggeran. dikarenakan masih siang-siangnya dan panas-panasnya! SUMPAH PANAS TJOY, akhirnya kita mutusin buat ke air terjun sri gethuk. Nah, pamitlah kita kesana. Sampai pertigaan yang tinggal belok kanan langsung menuju air terjun, kita berdua sempat ragu. “Flo, lurus aja deh. cari jalan ke pantai.” Kata Esta semangat.
                Karena aku orangnya main terjang aja, yaudah deh kita jalan lurus terus,  nglewatin jalan yang syahdu banget dengan pemandangan bukit dan sawah yang luar biasa. Lay banget yah. Tapi serius, indah banget guys. Terus kita nglewati semacam hutan yang asri dan sepi banget. Sempet kepikiran sih, bahaya gak yah dua perempuan naik motor di tengah hutan kaya gini. Tapi untunglah kita berhasil menemukan jalan menuju pantai. YEYYYYY!
                Dan tujuan pantai kita adalah pantai Ngobaran. Sebelum memasuki kawasan pantai, kita dikenai tiket masuk Rp 5000,- perorang. Karena hari itu adalah hari biasa ditambah siang bolong yang panas, pengunjung pantai sangat sepi.
                Pantai Ngobaran sendiri merupakan pantai di daerah gunung kidul yang paling barat, pantai ini juga satu-satunya pantai yang memiliki bangunan stupa-stupa dan arca kaya di candi-candi. Selain itu, yang bikin aku heran, di dekat pantai, lebih tepatnya menjorok ke pantai ada sebuah langgar kecil beralas pasir yang bersih dan sepertinya sering digunakan untuk sholat. Mungkin dulunya daerah itu adalah tanah yang keras kemudian lama kelamaan terkikis oleh deburan ombak pantai selatan yang dahsyat.
                Disebalah barat pantai Ngobaran kita dapat berjumpa dengan pantai yang namanya kaya nama garam dalam bahasa jawa, Pantai Nguyahan! Haha, Cuma jalan sekitar 5 menit kita udah bisa menikmati pantai berpasir putih ini. sebelah utara pantai ini terdapat lahan yang luas yang telah dibuka dan akan dibangun.
                Ga lama sih kita di pantai Nguyahan dan Ngobaran. Karena waktu makan siang dan cacing-cacing di perut udah manja minta dikasih makan, akhirnya kita memutuskan buat cari makan di Pantai Ngrenehan. Ga jauh  kok, Cuma sekitar 15 menit naik motor dari pantai Ngobaran. Pantai Ngrenehan adalah pelabuhan bagi para nelayan, ga salah banyak banget warung-warung makan yang nyediain seafood-seafood menggoda selera. Kita pesen 2 porsi ikan nila dibakar. Sedap banget Cuma dengan Rp 30.000,- perut udah siap diajak kompromi buat jalan-jalan lagi.
                Pukul dua kita langsung cao buat pulang, tapiiii, saat bertemu persimpangan dan tertera dipapan penunjuk jalan “Jalur Alternatif Pantai Baron”. Naluri petualangan kita berdua langsung menyala-nyala. Kamipun menyusuri jalur tersebut. Yah, namanya juga jalur alternatif yah, jalannya ya masih berbatu dan sepi orang. Rio, motor varioku yang kuat tetap bisa dong mengantarkan kami sampai di jalanan rata yang mengarah ke pantai baron. Saat itu, sekitar pukul setengah 4 dan pos penjualan tiket menuju pantai baron tidak ada satu orangpun yang menjaga. Lumayan kan hemat Rp 10.000,- perorang hihi. Jangan ditiru ya! Tetap harus jadi wisatawan yang bertaanggung jawab.
                Pas uda mau masuk ke Pantai Baron, Esta langsung ngomong. “Udah pernah ke Baron kan, Flo? Kita ke Sepanjang aja yuk.” Dan aku langsung mengiyakan dan memacu Rio menuju jalan ke pantai Sepanjang. Such a great journey! Naik motor berdua doang, ketawa-ketawa bareng dan seakan lupa sama semua masalah.
                Sampailah kita berdua di pantai Sepanjang. Entah kenapa, pantainya sepiiiiiii banget dan hanya ada beberapa pengunjung yang berada disana. Kamipun segera memarkirkan motor di area parkiran dan berjalan menuju pantai yang seperti namanya, sepanjang, pantai berpasir putih yang menawan. Laluuuu, ga nyangka bangettt! Ternyata Esta ketemu sama teman SMKnya yang kebetulan sedang bermain pasir di sisi timur pantai bersama 3 teman lainnya. YEEPS! Teman perjalanan baru! Lumayanlah bisa buat teman perjalanan dan nglindungin kalau pulangnya terlalu malam. Pikirku hahaha.
                Setelah puas foto-foto di pantain sepanjang, kami yang jumlahnya bertambah menjadi 6 orang, memutuskan untuk melihat sunset di Pantai Drini. Pantai Drini tidak jauh kok dari Pantai sepanjang, ga nyampe setengah jam. Kita langsung klesot-klesotan di Pantai. Sebelum menanti Sunset. Aku dan Vana, teman Esta, menyebrang pantai dan naik ke bukit kelinci. Di bukit ini memang terdapat banyak kelinci lucu-lucu.
                Sunset di Pantai Drini ga kalah indahnya kok sama sunset di pantai-pantai di Bali. Nah, Habis foto-foto gila kita berenam memutuskan untuk pulang. hari udah petang banget dan gelap banget dan untungnya teman perjalan baruku terdapat dua orang anak adam haha iya ada dua cowok. Setidaknya ngerasa lebih safety kan.  Hmm segitu aja deh buat one day beach trip edisi 31 Januari 2015nya . Seee ya guysss !!!

Note:
-       -   Kalau lagi jalan-jalan emang lebih enak gausah pegang gadget dan mending lebih fokus ngobrol sama teman perjalananmu! Perjalananmu akan jauh lebih sempurna.
-         - Naik motor berdua dan cewe semua ga danger banget kok. Asal kita bisa jaga diri dan mastiin motor atau kendaraan yang kita tumpangi udah siap buat perjalanan jauh.
-          -Jangan malu bertanya! Yap sepanjang perjalanan, aku sama Esta bisa dikata lebih dari 10 kali tanya sama orang buat mastiin benar atau ngga nya jalan yang kita tuju.
-          -Kenal sama orang baru itu adalah bonus yang greget banget. Kita dapat tambahan teman dan chanel. Nah loh kalo lawan jenis kan lumayan mungkin dia jodohmu haha. So, jangan jadi orang yang tertutup! Tetap nice sama orang walaupun orang itu baru di kehidupan kita. Gak tau kan, siapa tau dia besok jadi rekan kerja kita atau mungkin jodoh kita, Aiiiihhh hahahah.
-          -Dan yang paling penting jangan buang sampah sembarangan!!


Jangan Samakan dengan Lainnya

                Namaku Flora, manusia, bukan tumbuhan dan ga bisa fotosintesis. Sudah belajar  makan dan minum sejak 19 tahun silam. Senang banget ngepoin akun-akun traveling dan hoby banget jalan-jalan. Maklum, sudah setahun terperangkap menjadi mahasiswi jalan-jalan, eh bukan, mahasiswi pariwisata di mantan perguruan tingginya bapak presiden. Nglantur kan.
                Suka jalan-jalan banget. Dan ga pernah enak kalau mau ngeupload  foto pas lagi jalan. Kenapa? Ya pasti banyak yang bakal ngomen:
                Eh anak pariwisata, kuliahnya jalan-jalan mulu nih
                Tuhkan ga pernah ajak-ajak kalau jalan
                Gila, hidup lu enak banget bisa jalan-jalan mulu
                Selo banget lu, bisa kemana-mana kek ga ada beban
                Nah. Komen-komen ngiri rada nyindir gitu yang bikin ga enak. Padahal niat upload kan Cuma buat bagus-bagusin galery instagram dan sedikit pamer sih. Eh. Haha. Oleh sebab itu, Flora bikin ini blog biar ga Cuma lihat fotonya, tapi juga bisa baca ceritanya. Bahwa! Flora jalan-jalan tuh ga Cuma buat senang-senang (walaupun kebanyakan sih iya) hahhaha. Tapi seriously, Flora Cuma pengen ngeshare aja kok pengalaman-pengalaman terus biar kalian yang pengen main bisa ada referensi hihi

Tuesday, January 27, 2015

Bluemood Bike Adventures

BBA ( Bluemood Bike Adventures ) Cycling is our daily foot power engine mobility . We hate the freakin' Slogan of Save the earth and go Green . 'cos We have committed to save the green earth with neither big money nor slogan . No harmful emission is wasted . . . Come with us to explore our Tropical green beauty on a Tiny MTB's Saddle . Direct Dial to : +6281903810762 . Or by e mail on Floradvsakti@gmail.com

Gunung Batur, Tiktok Satu Hari Saat Kuningan

Perjalanan ini sungguh perjalanan tak direncanakan. Pumpung libur dari internship, aku mengajak beberapa temanku di Bali untuk mendaki gunu...