Saturday, August 15, 2015

Penuh Cerita di Gunung Andong

                Pertama kali naik gunung ya pas mendaki Gunung Andong. Pertama dan bikin ketagihan. Sumpah, nagih banget sekarang buat jalan ke gunung. Ada rasa tersendiri dari setiap langkah yang aku jejakkan ketika memulai pendakian. Gunung Andong tidak bisa disebut sebagai gunung yang tinggi atau membutuhkan waktu yang lama dalam proses pendakiannya. Bahkan gunung ini bisa disebut bukit bagi para pendaki profesional yang sudah mendaki berpuluh-puluh gunung. Walaupun dianggap remeh, tapi gunung dengan ketinggian 1726 mdpl ini memiliki banyak kenangan dan pembelajaran. Pemandangan yang luar biasa yang dapat dinikmati membuatku menyadari betapa indahnya alam ini. Lagi pula, Gunung Andong masih masuk dalam kawasan kota kelahiranku, Magelang.
                Ekpedisi (sok ala-ala penjelajah) menuju Gunung Andong dimulai dari bundaran kampus UGM saat pukul 9 malam. Sebenarnya acara ini sangat mendadak dan aku hanya meng-iya-i ajakan salah seorang kawan baik. Balik pas pukul 9 malam, kita berkumpul di bundaran UGM, menunggu kawan-kawan lain yang masih dalam perjalanan. Saat itu, benar-benar tidak tahu harus membawa apa, tidak punya perlengkapan naik gunung dan hanya berbekal nekat dan tekad yang kuat.
                Akhirnya semua rombongan berkumpul, ada 10 orang. 8 orang dari pariwisata 2014 dan 2 orang perempuan (lupaaaa namanyaa! Jahat banget!) adalah teman Nuha. Ya! Terdiri dari Flora, Dina, Nuha, Bagas, Tegar, Yunus
(mamang), Irham(imboth) dan Dzakwan. Terbilang rombongan yang banyak untuk sebuah pendakian. Tapi kami enjoy saja. Tepat setengah 10-an kami memulai perjalanan. Melewati jalan Magelang malam-malam, naik motor, sudah biasa dan ketika melewati pertigaan palbapan di daerah Muntilan, rasanya pengen pulang dulu. Hahahaahahahhaa. Kami tiba di basecamp Andong sekitar pukul 12 malam. Oh iya tiket masuknya lupa, faktor ngantuk sih. Maaafkannn. Tapi kalau tidak salah Rp 5000,- ya atau mau ada yang menambahkan? hihi
                Setelah melepas lelah perjalanan, kami bersiap untuk mendaki. Jujur, hatinya deg-degan takut kalau terjadi apa-apa pas perjalanan ke puncak. Tapi dengan doa, hatiku mulai merasa nyaman dan bismillah bisa sampai puncak. Pendakian berjalan dengan aman dan sejahtera hahaha. Kami berjalan pelan-pelan sembari tertawa, ditambah Dina memiliki pemikiran-pemikiran konyol yang tidak habisnya membuat kita tertawa sepanjang perjalanan. Namun, sampai ditengah perjalanan salah satu dari kami mengalami permasalahan. Ika! Ya! Aku baru ingat nama teman Nuha adalah Ika. Dia mungkin kelelahan dan kurang latihan fisik sehingga berhenti dan mengerang kesakitan. Duh, aku ga ngerti gimana cara membantunya. Yang aku bisa hanya memberinya semangat! Akhirnya, tas ika dibawa oleh Bagas dan Ika kami suruh berjalan di depan. Sugesti aja sih, kalau berjalan di belakang serasa lelah banget gak sih, ngerasa kita harus ngejar yang di depan. Beda kalau berjalan di depan, kita bisa nentuin ritme langkah kaki kita tanpa perlu takut tertinggal.
                Tarararara, Ika mulai sehat dan semangat berjalan, ditemani Dzakwan, Ia berjalan paling depan. Beberapa menit sebelum puncak, kami kaget karena Ika dan Dzakwan sudah menghilang. Kami panik! Bagas berlari mengejar ke depan. Di tambah lagi mereka berdua di panggil tidak ada yang menyahut. Ini gunung, kanan  kiri hutan dan berjurang. Khawatirlah kita ber delapan. Tapi, untunglah mereka tidak tersesat seperti dugaan kami, mereka justru sedang melihat bintang dan lampu-lampu kota Magelang di atas sana. Jengkel bangetttt!!! Aaaa bikin cemas aja hahhaha.
                Finally, yeyy kita nyampai puncak. Ngantuk banget dan seriously, kita para perempuan gak ada yang bawa sleeping bag. Namanya juga beginner hahaha. Untunglah, para Arjuna membawakan kami sleeping bag. Anginnya kencang banget. Dinginnya luar biasa. Dan karena kami emang niatnya hanya mendaki dan turun keesokan harinya maka kami tidak membawa tenda. Terpaksa harus tidur dengan sleeping bag beralas jas hujan. Para anak adam memutuskan gak tidur dan memasak untuk kami. Lumayanlah, aku bisa tidur setidaknya satu jam. Pas bangun, aku menyusul mereka, menyerutup kopi yang lumayan bikin badan jadi hangat. Sembari meminum kopi kami menanti matahari terbit. Karena ini, first time aku naik gunung dan bisa ngelihat matahari terbit diantara gunung yang aku lupa apa gunung merapi atau merbabu ya, entahlah. Tapi aku menikmatinya. Sungguh indahnya luar biasa, alay ya? Bukankah kita harus mensyukuri nikmat yang alam berikan? Haha tapi aku bersyukur, masih diperbolehkan naik gunung oleh kedua orang tuaku.
                Paginya kami berkeliling melihat tenda-tenda para pendaki lain. Saat itu, gunung Andong masih belum seramai sekarang. Setelah puas foto-foto gila, kami beres-beres dan mulai turun. KESALAHAN BESAR! Jangan sekali-kali naik gunung pakai sepatu converse apalagi sepatunya kw HAHA. Selain ga nyaman, saat turun jalan jadi licin dan malah jadi pelosotan. tapi, itu malah membuat perjalanan turun kami menyenangkan.
                Saat itu tanggal 22 Februari dan salah satu teman saya ulang tahun. Namanya Nuha. Selamat ulang tahun ya ha, hadiahnya naik gunung bareng Flora haha. But, thanks banget buat Bagas yang memang baik banget dan bertanggung jawab banget sama temen-temennya, Imboth yang udah boncengin Flora dari berangkat sampai pulang, Dzakwan yang lucu dan baik banget mau bawain sleeping bag, Tegar yang uda mau kameranya dipenuhi foto-foto alay kita, Mamang yang udah baik banget selalu stay behind me sejak DOJ ngahahaha jadi keinget makrab. Terus Dina, aaa walaupun kita ga deket tapi kamu teman yang hebat terimakasih, dan dua teman Nuha, Ika dan lupa namanya haha, teman baru dan ramai. Pulangnya, Flora, Dina, Ika dan Bagas di traktir Nuha soto lamongan!
                Hari yang Indah! Sampai berjumpa di petualangan berikutnya!


No comments:

Post a Comment

Gunung Batur, Tiktok Satu Hari Saat Kuningan

Perjalanan ini sungguh perjalanan tak direncanakan. Pumpung libur dari internship, aku mengajak beberapa temanku di Bali untuk mendaki gunu...