Gunung
lawu adalah gunung ketiga yang saya daki bersama teman-teman pariwisata 14. Itu
adalah pendakian yang paling berkesan dan memiliki banyak cerita. Gunung yang
terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur ini memang memiliki
banyak kisah misterius. Gunung lawu memiliki tiga jalur pendakian. Cemoro
Kandang, Cemoro Sewu dan jalur Cetho. Kebanyakan pendaki lebih memilih mendaki
melalui jalur cemoro kandang dan cemoro sewu. Padahal jalur cetho, yang memang
baru dibuka akhir-akhir itu, memiliki pemandangan yang luar biasa indahnya.
Sebelumnya
mendaki gunung lawu sebenarnya kami ingin mendaki ke merapi, namun karena
barusan terjadi kecelakaan yang menewaskan saudara kita, Ery, yang terjatuh di
kawah gunung merapi, menyebabkan jalur pendakian gunung merapi ditutup untuk
sementara waktu. Akhirnya, diputuskanlah mendaki gunung lawu. Awal diajak aku
sangat bersemangat karena memang ingin refreshing sebelum uts seminggu
kemudian. Namun, karena tidak adanya teman perempuan yang mau menemani, aku
menjadi ragu dan ingin mengurungkan niat. Tapi, keinginan untuk tetap bisa
mendaki gunung lawu amatlah kuat sehingga pada akhirnya aku memutuskan untuk
ikut. YEY!!
Berangkatlah
kami! Bagas, Nuha, Mamang, Tegar, Havid, Nael dan Flora. Yes! Jadi perempuan
sendiri, tapi ga masalah. Mereka berenam luar biasa baik dan mau menjaga Flora
kok. Hahaha. Sebelum berangkat, kami berkumpul di kontrakan Bagas. Setelah
persiapan yang cukup berangkatlah kami! Aku, Tegar, Mamang, Bagas naik mobil
Nael. Nuha dan Havid memilih mengendarai sepeda sampai lokasi. Kami berangkat
sekitar pukul 9-setengah 10. Sebelum sampai kawasan candi cetho, kami
beristirahat di masjid dekat alun-alun Karanganyar. Eh, sosis bakar di
alun-alun Karanganyar enak B.A.N.G.E.T serius!!
Pemberhentian berikutnya adalah
kawasan kebun teh di Kemuning. Makan! Yah sebelum mendaki kan kita perlu
tenaga, sekalian foto-foto ceria bolehlah di kawasan kebun teh Kemuning yang
syahdu banget. By the way, Mie ayam di salah satu warung disini ENAK banget!
Tapi, karena aku ga doyan ayam, jadi ayamnya dimakan Tegar sama Mamang. Nah,
selesai makan, kita melanjutkan perjalanan ke Candi Cetho. Untuk masuk ke
kompleks wisata Candi Cetho dan Candi Sukuh kita dikenakan biaya sekitar Rp
5000,- perorang kalau tidak salah. Lupa!
Hanya ada satu rumah penduduk
yang dijadikan basecamp pendakian gunung lawu. Setelah persiapan dan menitipkan
kendaraan, kami memulai pendakian. Yohoo!!
Setelah berfoto-foto di candi
kethek yang merupakan arah pendakian, kami melanjutkan perjalanan. Sehabis candi
kethek, jalur pendakian terbagi dua, satu arah lurus dan menanjak dan satu lagi
belok kiri landai dengan pita merah menggantung minta dijamah. Haha. Kami
bingung mau lewat mana. Di jalur yang menanjak itu ada tulisan untuk menuju
kijang lawu dan ada tulisan jalur motor trek. Setelah menimbang-nimbang. Kami
memutuskan lewat jalur berpita merah! Aaaaaaa keputusan buruk!
Jalur yang kami lewati yang
tadinya landai berubah menjadi penuh tantangan dengan semak belukar disisi
kanan dan kiri. Bisa dibilang, membuka jalan, meskipun terlihat pernah dilewati
namun itu sudah terjadi mungkin beberapa bulan lalu karena jalannya benar-benar
tertutup semaksemak berduri. Tadinya aku semangat dan bahkan tidak merasakan
lelah karena jalurnya memang menantang ditambah obrolan-obrolan asik sepanjang
pendakian. Sebelumnya, Bagas telah memprediksi bahwa kita akan sampai di
minimal pos 5 untuk ngecamp sekitar pukul 10 malam. Tapi, malam itu, prediksi
kita meleset. Kita kehilangan pita merah. Kita di antah berantah! Dan hari sudah
gelap. Akhirnya kita memutuskan untuk ngecamp di tempat yang landai di antah
berantah. Walaupun kita tidak tahu dimana, tapi bintang malam itu indah banget
loh! Dan aku masih bisa mendengar musik dangdut. Heran deh.
Paginya, kita melanjutkan
perjalanan. Kembali mencari pita merah yang tadi malam sempat hilang. Jalurnya
PHP banget! Sempat punya pikiran yang macam-macam. Terus berjalan dan berjalan
dan yeah sore harinya akhirnya! Nemu jalan yang biasa dilewati pendaki yang
lewat jalur normal cetho. Bahagia!
Jalur Cetho memang luar biasa,
sebelum sampai Hargo dalem alias warung Mbok Yem, kita akan lewat sabana yang
indah banget! Terus lewat tanjakan mini yang bisa dikata kek miniatur tanjakan
cintanya gunung semeru uwuwuuw keren! Sampai di hargo dalem ketika hari mulai
gelap dan kita tidur satu malam lagi di Gunung lawu! Padahal harusnya hari itu
kita udah turun loh. Nah, pagi kedua, menikmati sunrise di depan warung mbok
Yem. Kalau kataku sih “A(w)mazing!”
Perjalanan menuju puncak kurang
lebih setengah jam. Yey! Akhirnya sampai di puncak hargo dumilah 3265 mdpl
setelah perjalanan 2 hari yang melelahkan. Setelah berfoto dan kayanya menjadi
hal wajib hehe kita pun turun. Tentunya lewat jalur normal. Perjalanan turun
sekitar 4 jam-an kalau tidak salah. Jalur Cetho yang normal lebih banyak
tanjakan dan asik banget buat turun dengan berlari. Kami tiba di basecamp dan
beristirahat serta bersih-bersih sebelum pulang.
Yey! Perjalanan yang luar biasa.
Terimakasih Bagas, Nuha, Tegar, Mamang, Havid dan Nael!
Sampai ketemu di cerita
berikutnya !!
Aku tunggu cerita berikutnya flora cantik ^_^
ReplyDeleteYey. Siapp kaka cantik :3
ReplyDeleteKeren
ReplyDeleteMakasi kak hehe :)
Delete