Tuesday, August 18, 2015

Pesona Gunung Lawu Via Cetho

                Gunung lawu adalah gunung ketiga yang saya daki bersama teman-teman pariwisata 14. Itu adalah pendakian yang paling berkesan dan memiliki banyak cerita. Gunung yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur ini memang memiliki banyak kisah misterius. Gunung lawu memiliki tiga jalur pendakian. Cemoro Kandang, Cemoro Sewu dan jalur Cetho. Kebanyakan pendaki lebih memilih mendaki melalui jalur cemoro kandang dan cemoro sewu. Padahal jalur cetho, yang memang baru dibuka akhir-akhir itu, memiliki pemandangan yang luar biasa indahnya.
                Sebelumnya mendaki gunung lawu sebenarnya kami ingin mendaki ke merapi, namun karena barusan terjadi kecelakaan yang menewaskan saudara kita, Ery, yang terjatuh di kawah gunung merapi, menyebabkan jalur pendakian gunung merapi ditutup untuk sementara waktu. Akhirnya, diputuskanlah mendaki gunung lawu. Awal diajak aku sangat bersemangat karena memang ingin refreshing sebelum uts seminggu kemudian. Namun, karena tidak adanya teman perempuan yang mau menemani, aku menjadi ragu dan ingin mengurungkan niat. Tapi, keinginan untuk tetap bisa mendaki gunung lawu amatlah kuat sehingga pada akhirnya aku memutuskan untuk ikut. YEY!!

                Berangkatlah kami! Bagas, Nuha, Mamang, Tegar, Havid, Nael dan Flora. Yes! Jadi perempuan sendiri, tapi ga masalah. Mereka berenam luar biasa baik dan mau menjaga Flora kok. Hahaha. Sebelum berangkat, kami berkumpul di kontrakan Bagas. Setelah persiapan yang cukup berangkatlah kami! Aku, Tegar, Mamang, Bagas naik mobil Nael. Nuha dan Havid memilih mengendarai sepeda sampai lokasi. Kami berangkat sekitar pukul 9-setengah 10. Sebelum sampai kawasan candi cetho, kami beristirahat di masjid dekat alun-alun Karanganyar. Eh, sosis bakar di alun-alun Karanganyar enak B.A.N.G.E.T serius!!
Pemberhentian berikutnya adalah kawasan kebun teh di Kemuning. Makan! Yah sebelum mendaki kan kita perlu tenaga, sekalian foto-foto ceria bolehlah di kawasan kebun teh Kemuning yang syahdu banget. By the way, Mie ayam di salah satu warung disini ENAK banget! Tapi, karena aku ga doyan ayam, jadi ayamnya dimakan Tegar sama Mamang. Nah, selesai makan, kita melanjutkan perjalanan ke Candi Cetho. Untuk masuk ke kompleks wisata Candi Cetho dan Candi Sukuh kita dikenakan biaya sekitar Rp 5000,- perorang kalau tidak salah. Lupa!
Hanya ada satu rumah penduduk yang dijadikan basecamp pendakian gunung lawu. Setelah persiapan dan menitipkan kendaraan, kami memulai pendakian. Yohoo!!
Setelah berfoto-foto di candi kethek yang merupakan arah pendakian, kami melanjutkan perjalanan. Sehabis candi kethek, jalur pendakian terbagi dua, satu arah lurus dan menanjak dan satu lagi belok kiri landai dengan pita merah menggantung minta dijamah. Haha. Kami bingung mau lewat mana. Di jalur yang menanjak itu ada tulisan untuk menuju kijang lawu dan ada tulisan jalur motor trek. Setelah menimbang-nimbang. Kami memutuskan lewat jalur berpita merah! Aaaaaaa keputusan buruk!
Jalur yang kami lewati yang tadinya landai berubah menjadi penuh tantangan dengan semak belukar disisi kanan dan kiri. Bisa dibilang, membuka jalan, meskipun terlihat pernah dilewati namun itu sudah terjadi mungkin beberapa bulan lalu karena jalannya benar-benar tertutup semaksemak berduri. Tadinya aku semangat dan bahkan tidak merasakan lelah karena jalurnya memang menantang ditambah obrolan-obrolan asik sepanjang pendakian. Sebelumnya, Bagas telah memprediksi bahwa kita akan sampai di minimal pos 5 untuk ngecamp sekitar pukul 10 malam. Tapi, malam itu, prediksi kita meleset. Kita kehilangan pita merah. Kita di antah berantah! Dan hari sudah gelap. Akhirnya kita memutuskan untuk ngecamp di tempat yang landai di antah berantah. Walaupun kita tidak tahu dimana, tapi bintang malam itu indah banget loh! Dan aku masih bisa mendengar musik dangdut. Heran deh.
Paginya, kita melanjutkan perjalanan. Kembali mencari pita merah yang tadi malam sempat hilang. Jalurnya PHP banget! Sempat punya pikiran yang macam-macam. Terus berjalan dan berjalan dan yeah sore harinya akhirnya! Nemu jalan yang biasa dilewati pendaki yang lewat jalur normal cetho. Bahagia!
Jalur Cetho memang luar biasa, sebelum sampai Hargo dalem alias warung Mbok Yem, kita akan lewat sabana yang indah banget! Terus lewat tanjakan mini yang bisa dikata kek miniatur tanjakan cintanya gunung semeru uwuwuuw keren! Sampai di hargo dalem ketika hari mulai gelap dan kita tidur satu malam lagi di Gunung lawu! Padahal harusnya hari itu kita udah turun loh. Nah, pagi kedua, menikmati sunrise di depan warung mbok Yem. Kalau kataku sih “A(w)mazing!”
Perjalanan menuju puncak kurang lebih setengah jam. Yey! Akhirnya sampai di puncak hargo dumilah 3265 mdpl setelah perjalanan 2 hari yang melelahkan. Setelah berfoto dan kayanya menjadi hal wajib hehe kita pun turun. Tentunya lewat jalur normal. Perjalanan turun sekitar 4 jam-an kalau tidak salah. Jalur Cetho yang normal lebih banyak tanjakan dan asik banget buat turun dengan berlari. Kami tiba di basecamp dan beristirahat serta bersih-bersih sebelum pulang.
Yey! Perjalanan yang luar biasa. Terimakasih Bagas, Nuha, Tegar, Mamang, Havid dan Nael!

Sampai ketemu di cerita berikutnya !!

4 comments:

Gunung Batur, Tiktok Satu Hari Saat Kuningan

Perjalanan ini sungguh perjalanan tak direncanakan. Pumpung libur dari internship, aku mengajak beberapa temanku di Bali untuk mendaki gunu...