Friday, November 20, 2015

Jelajah Karimun Jawa Part I


                Saya tidak menyangka bisa melangkah sejauh ini, dengan sedikit uang tabungan hasil tidak hedon selama beberapa bulan, finally i got my first travel destination on my travel list, KARIMUN JAWA. Such a little paradise of central java. Ga bisa dideskripsikan betapa bahagianya bisa menapakkan kaki di sebuah pulau di utara pulau jawa yang katanya ga kalah sama pulau-pulau di timur Indonesia sana.
                2 November 2015, sekitar pukul 2 dini hari, saya dan rombongan yang terdiri dari 2 kakak sepupu dan 2 temannya tiba di pelabuhan kartini Jepara. Pengambilan waktu yang salah! Karena tidak punya pikiran buat nyewa homestay, kami berlima macam gelandangan tidur di pelabuhan ditemani nyamuk-nyamuk haus darah yang dengan senang hati memberikan oleh-oleh berupa bentol-bentol di kaki dan tangan. Padahal kalau nyewa homestay, Cuma sekitaran 30-50 ribu saja. Beruntunglah salah satu warung, warung pak bambang lebih tepatnya berbaik hati meminjamkan kami tikar supaya kami bisa tidur lelap menunggu keberangkatan kapal keesokan harinya.
                Teeeettttt, bunyi kapal siginjai membuat kami tambah semangat untuk memulai hari di awal bulan November ini. Setelah sarapan sup udang yang enakk sekali, kami segera berjalan menuju kapal yang siap berangkat. Eits, sebelumnya, mas Dije selaku apa ya? Anggap saja beliau teman baru kami, teman kaka sepupu saya, dan salah satu anggota Jelajah Karimun jawa yang paketnya kami gunakan, membelikan tiket kapal untuk kami. Tiket kapal siginjai saat ini adalah Rp 57.000, ditambah biaya pembayaran retribusi pelabuhan Rp 2000,- jika ingin membawa motor, biaya motor dikenakan Rp 50.000,-. Berangkatlah kami berenam, yey!!
                Lima jam perjalanan laut terlalui dan tibalah di pulau KARIMUN JAWA. Akhirnya kaki ini menapak di pulau yang menawarkan ribuan pesona alamnya huehehe. Sesampai di pelabuhan kami dijemput oleh mas Jojo, nah beliau inilah teman kakak sepupu saya, sekaligus akan menjadi guide kami di Karimun selama 4 hari 3 malam. First impression saya sih, mas Jojo orangnya asik dan bakalan gilaaaaa, dan ternyata benar sekali. Beliau membuat perjalanan kami di Karimun layaknya para petualang yang haus pesona alam Indonesia *duh maafkan kealayan saya*. Sehabis bertegur sapa dan berkenalan kami langsung tancap gas menuju homestay RG, Js. Homestay-nya kaya rumah sendiri ditambah it located near the port, you could see many fishermans boats and blue ocean infront of your eyes. How BLISS i  am! Eh ngomong-ngomong, di depan pelabuhan ada Tourist Information Center loh, kamu bisa tanya-tanya disana kalau masih bingung. Ada brosurnya juga, tapi sayang, saya lupa mau minta.
                Karimun Jawa adalah salah satu pulau besar diantara gugusan pulau lain di kepulauan Karimun Jawa. Masyarakat pulau Karimun masih sama dengan masyarakat di jawa, karena kebanyakan penduduk karimun memang berasal dari jawa dan sebagian madura dan bugis. Hari pertama di pulau karimun, kami habiskan dengan beradaptasi dengan lingkungan karimun. Mas Jojo mengajak kami ke pantai Legoon lele, jalan menuju pantai ini sangat indah dengan pemandangan bukit di kiri jalan dan pantai-pantai di kanan jalan. Pantai Legoon lele termasuk pantai yang jarang dikunjungi, terdapat satu kapal terdampar disana, pantainya bersih dan kata mas Jojo, ketika laut surut, kita bisa berjalan lebih ke tengah menuju laut. Ah karimun, ada-ada saja yang kau tunjukkan.
                Oh iya, salah satu yang bikin saya terkesan dengan karimun adalah kebiasaan masyarakat sana yang membiarkan kunci motor tetap tergantung di motor tanpa khawatir motor akan dibawa kabur orang. Saya sedikit was-was ketika pertama kali meninggalkan motor dengan kunci yang masih bergelayut manja di motor. Tapi, ternyata benar, motor ga bakal ada yang bawa pergi, karena mau dibawa pergi kemana, pasti akan ketemu kalau seandainya di curi orang, karena ya hanya di pulau itu saja. Buktiin deh kalau kalian ke Karimun, pasti banyak motor nganggur dengan kunci yang masih bergantungan.



                Nah sehabis dari legoon lele, kami beranjak menuju pantai pancuran belakang, saya membayangkan pantainya seperti pantai banyu tibo di pacitan, tapi kenyataaannya ternyata berbeda. Memang sih ada pancuran air tawar tapi tidak deras karena saat itu belum musim penghujan. Tapi pantainya tetap indah! Ada penyewaan kano juga disana, ada ayunan, dan beberapa penjual minuman ringan oleh penduduk setempat. Cukup lama kami habiskan waktu di pantai Pancuran Belakang. Setelah puas, mas Jojo mengajak kami mencari kepiting di salah satu pantai tak bernama, atau saya saja yang ga tau namanya. Sebelumnya beliau mengajak beberapa anak muda Karimun untuk ikut bersama kami. Ada mas mamat yang katanya asli Jogja, kemudian mas blablabla atau mas george atau entahlah nama aslinya, dan satu lagi, saya lupa namanya. Tapi sudah hampir satu jam kami mencari kepiting, kepiting tak jua kami dapatkan. Mungkin karena kami tidak berbakat jadi nelayan pemburu kepiting, atau perlu pakai umpan uang biar tuan krab mau muncul dan menjadi santapan kami nanti malam, hahaha.
                Karena ga berhasil dapat kepiting atau kerang akhirnya kami balik dan mas-mas karimun tadi memetikkan beberapa kelapa muda untuk kami. Ah segarnya, wehh kami juga jajan di warung dan harganya ga beda jauh sama di jawa. Oh iya, hasil bumi yang paling dikenal untuk oleh-oleh yaitu mete yang perkilonya sekitar Rp 75.000,- kalau tidak salah. Sayang saya ga beli.
                Lanjut neeehhh, setelah minum dan jajan-jajan ringan, kami melanjutkan ke bukit Love. Ya kenapa di sebut bukit love atau bukit cinta, karena di sana ada lambang love yang biasa digunakan untuk berfoto. Selain itu, naik sedikit kami sudah menemukan bukit dengan tulisan karimun jawa dan view pantai yang indah bangeeettttt buat ngeliat sunset. What a beautiful twiligh i’ve ever see!! Matahari seolah dengan angkuhnya tenggelam di batas cakrawala. Senja yang indah untuk mengakhiri hari pertama di Karimun Jawa.
                Malamnya setelah makan malam dan bersih-bersih, saya dan dua teman kakak sepupu saya, mbak Atina dan mas Huda ngobrol santai dengan mas Jojo dan mas Dije dan satu lagi guide well yang bikin gila dengan ide-idenya, bang Jay. Kami ngobrol seru tentang pengolahan sampah botol plastik dan keadaan karimun serta masyarakatnya dalam menghadapi kepariwisataan di Karimun Jawa. You should know, not everybody knew about tourism in their hometown, they only knew how to made these destinations famous and have a lot of tourist but didn’t knew how to save the nature. So, that’s way, we should knew about sustainable tourism, ecotourism and the impact of the tourism. Obrolan yang penuh bobot untuk malam yang melelahkan, tapi rasanya otakku terisi lagi, ga percuma dong bolos kuliah (jangan ditiru) tapi di Karimun malah dapat kuliah berpuluh-puluh sks dan itu worthed banget.
                Hari kedua pun datang! Hari ini saya dan rombongan menyusuri wisata darat di Karimun Jawa. Destinasi pertama kami adalah pantai Anora dengan gundukan bukit cintanya hehe. Pantai Anora adalah pantai tersembunyi yang jarang di ekspos oleh wisatawan domestik, katanya kebanyakan yang datang malah wisatawan mancanegara yang memang senang blusukan. Aku suka pantai Anora. Sebenarnya pantai dan bukit ini adalah milik investor swasta kemudian oleh Bapak Asrori ditata sedemikian rupa sehingga menjadi objek wisata yang menakjubkan. I thought it was like little Belitong. Yah walaupun saya belum pernah ke Belitong. Tapi, Anora menyajikan eksotisme pantai yang berbeda. Semoga kelestariannya tetap lestari. Ada sedikit cerita lucu tentang asal-usul nama Anora. tanpa sengaja saya nyeplos, “Namanya Anora, mungkin bapaknya pengen ngasih nama Amora yang artinya cinta tapi kepleset jadi Anora kali ya.” Nah lalu ditimpali oleh seorang bapak-bapak penduduk lokal yang sedang duduk di warung sebelah, “Asal nama Anora itu dari kata Ana po ora, karena sebelumnya tidak ada yang tahu siapa pemilik dari bukit dan pantai itu.” begitulah pendapat bapak yang katanya dulu berasal dari jawa tengah yang sudah merantau ke karimun sejak 30 tahun lalu.
                Wihi next destination aja deh. selanjutnya kami melajukan motor kami melewati jalan beraspal yang menghubungkan pulau Karimun Jawa dengan pulau Kemujan menuju kawasan hutan mangrove. Jadi, kata mas Jojo, hutan mangrove inilah yang bikin karang-karang di karimun tetap bagus. Eh tanpa hutan mangrove ini, pulau kemujan dengan karimun ga bakal tersambung kaya sekarang. Yups kita bareng-bareng treking mengelilingi jalanan kayu mengitari hutan mangrove sampai ke pos pemantauan (sebenarnya namanya pula saya tak tahu). Nah sebelum ke pos, mas Jojo ngajarin kita nanam mangrove. “Yuk ke kutub nanam mangrove” what the damn words speak out from my mouth haha. Yah selain nikmatin pemandangan yang addorable, kita juga dapat ilmu yang bermanfaat. Terima kasih Jelajah Karimun
                Abis nanam-nanam mangrove, kami gas menuju pantai di ujung karimun, pantai yang katanya jarang di jamah wisatawan. Perjalanannya sangat mengasikan, kami lewat kampung suku bugis dengan aksen khas rumah adat panggungnya. Wih pulau kecil yang beragam suku.
                Dan aku tahu mengapa pantai ini jarang di kunjungi. Trek menuju kesana so damn awfull, berpasir dan berkelok-kelok (lebay). Ya tapi memang seperti itu. finally we got it! Welcome to Pantai Batu lawang atau pantai Watu nganten, kenapa dinamakan seperti itu? karena ada dua batu besar menjorok ke tengah laut dan katanya mereka pasangan yang tidak direstui kemudian kabur begitu saja. Seremm! Tapi sungguh, pantai ini beda dari pantai-pantai lain, kamu mungkin tidak akan mudah menemukan pantai jenis ini, dimana hamparan alga hijau memenuhi pinggir pantai dan it was really amazing views. Terbayar susahnya menuju pantai ini. matur suwunun Gusti!
                Cukup lama kami di pantai Batu Lawang. Suasananya yang sepi dan kebersamaan yang menyenangkan membuat kami lupa bahwa masih ada destinasi yang belum kami kunjungi. Akhirnya, setelah ga mager, kami bangkit dan melanjutkan perjalanan.
                Bang Jay memang benar-benar membuat kami explore Karimun Jawa. Belum puas menunjukan kami hamparan alga hijau, beliau membawa kami ke pantai terpencil diseberang hutan mangrove dengan jalan yang bisa dibilang ekstrim. Namun, kami hanya sebentar di pantai terpencil tersebut, kami melanjutkan ke pantai disebelah pantai barakuda, pantai dengan pohon kelapa yang melambai-lambai syahdu. Eh sebelumnya kami membeli es potong goreng yang enak banget, harganya Cuma Rp 3000,- loh, serasa balik ke masa kanak-kanak.
                Hanya sebentar kami di pantai itu, bang Jay lalu mengajak kami ke pantai tanjung gelam untuk melihat sunset. Ga di Karimun kalau tiap senja ga lihat indahnya matahari tenggelam. Sebenarnya tanjung gelam juga ada spot snorkelingnya kata mba ratri, sepupu saya, namun untuk trip laut kami mengambil hari ketiga. Kami memutuskan hanya menikmati sunset dan berfoto di pohon kelapa yang hitz banget. Sayang, semua kamera baterainya telah habis haha. Hari kedua kami berakhir ditutup kembali dengan keindahan sunset pantai Tanjung Gelam!

                See you on karimun jawa chapter II in days 3. Happy vacation!

1 comment:

Gunung Batur, Tiktok Satu Hari Saat Kuningan

Perjalanan ini sungguh perjalanan tak direncanakan. Pumpung libur dari internship, aku mengajak beberapa temanku di Bali untuk mendaki gunu...