Sunday, January 17, 2016

Pesona Pulau Tabuhan dan Menantangnya Taman Nasional Baluran


Wuhuuuuw akhir tahun yang menyenangkan dengan perjalanan yang luar biasa. I am deeply in love with BANYUWANGI. Bulan Desember 2015 kemarin, saya dan beberapa teman sekelas memutuskan mengadakan perjalanan ke Banyuwangi, sebenarnya tidak murni jalan-jalan sih. Lebih tepatnya menyelesaikan tugas kelompok pemanduan mereka, saya mah ngikut-ngikut aja. Diputuskanlah tanggal 16 Desember 2015 kami memulai trip ala-ala 5 cm kami. Sebelumnya, kami telah membeli tiket kereta untuk berangkat dan pulangnya. Cuma ada satu kereta dari Yogyakarta ke Banyuwangi yaitu kereta api Sri Tanjung dengan harga Rp 100.000,-. Jadi kalau di total sih tiket pp habis sekitar Rp. 200.000,-.
Rabu pagi kami berenam sudah siap tempur dengan perjalanan hampir 12 jam yang akan kami lalui. Nuha, Tegar, Mamang, Imboy, Miya dan Flora siap menuju pucuk tenggara pulau Jawa. Yuhuuuu!!
Penginapan 
Stasiun tujuan kami adalah stasiun Karangasem, kami memilih stasiun Karangasem karena merupakan stasiun yang cukup strategis dalam menjangkau beberapa objek wisata yang akan kami datangi. Pun juga, karena penginapan yang akan kami tempati tidak jauh dari stasiun tersebut. Tepat pukul 9 lebih 10 menit malam kami sudah sampai di stasiun Karangasem dan langsung merapat ke p

enginapan di belakang stasiun. Penginapan tersebut milik Ibu Dewi, sebelumnya kami telah menghubungi beliau sehingga setibanya di penginapan kami bisa langsung ambruk di kasur.
Hari pertama di Banyuwangi! Pagi-pagi sudah disambut dengan sarapan pagi di penginapan, serasa di rumahlah. Destinasi pertama kami adalah Pulau Tabuhan yang jarak dari penginapan sekitar 52 km dan kami tempuh sekitar satu jam perjalanan menggunakan sepeda motor. Yup! Di penginapan Bu Dewi juga menyediakan penyewaan sepeda motor. Satu hari per satu motor adalah Rp 75.000,-. Karena kami berenam, jadi kami menyewa tiga motor. Lanjut ke first destination. Nah, awalnya kami gatau cara menuju pulau Tabuhan. Ada dua alternatif sebenarnya, yaitu melalui pantai watu dodol atau melalui pantai Bangsring. Kami memutuskan melalui pantai Bangsring.
pulau Tabuhan
Sebenarnya pantai Bangsring bukanlah sebuah tempat wisata karena belum memiliki izin wisata. Pantai Bangsring adalah zona perlindungan bersama, namun akibat banyaknya animo masyarakat yang ingin berwisata disana, akhirnya dibukalah beberapa spot untuk wisatawan. Jalan menuju pantai Bangsring sendiri tidak begitu kentara karena tidak adanya penunjuk jalan. Hanya ada baliho bertuliskan zona perlindungan kecil di sisi kiri jalan. Jika tidak seksama mengamati maka akan terlewat.
Tetapi, kita tetap berhasil sampai di lokasi. Di pantai Bangsring sendiri ada beberapa spot snorkeling tanpa harus menyeberang ke pulau Tabuhan. Juga ada rumah apung, tempat penangkaran hiu-hiu kecil.serta beberapa olahraga air ringan yang disewakan. Untuk menuju rumah apung, cukup membayar Rp. 5000,- untuk penyeberangan, dan jika ingin bersnorkeling, penyewaan alatnya Rp. 25.000,-. Karena tujuan utama kami adalah pulau Tabuhan, kami harus mengeluarkan sekitar Rp 450.000,- untuk biaya penyeberangan serta jasa pemandu sebesar Rp. 50.000,-. Berangkatlah kami menuju pulau kecil Tabuhan!
Sebenarnya saya sedikit kecewa, karena tidak sesuai dengan ekpektasi snorkeling saya heuheu. Tapi over all, menyenangkan! Semua perjalanan akan menyenangkan jika bersama sahabat terbaik bukan. Pulau Tabuhan dan pantai Bangsring sendiri mulai dibuka sebagai destinasi wisata baru pada awal tahun 2015 kata pemandu kami yang bernama pak Yitno. Masyarakat disini kebanyakan memakai bahasa madura dalam berkomunikasi, walaupun dekat dengan pulau Bali. Saya jadi heran, kenapa kok bisa gitu? Ya sudahlah. Anw, kekecewaan saya bertambah, karena melihat kondisi pulau dan laut yang banyak sampah bertebaran. Tidak sepenuhnya dari wisatawan yang datang sih, bisa saja sampahnya berasal dari sampah-sampah yang hanyut dari pulau bali, pelabuhan atau banyuwangi sendiri. Sayang banget. Padahal jika tidak ada sampah, terumbu karang di pulau Tabuhan juga lumayan bagus untuk dieksplor.
penangkaran hiu, rumah apung
Puas mainan air di pulau Tabuhan, kami kembali ke daratan di pantai bangsring. Eh tapi sebelumnya, mampir dulu di rumah apung untuk melihat penangkaran hiu. Hampir sama kaya di pulau Menjangan Besar di Karimun Jawa. Bedanya spotnya lebih kecil. Dan kata pak Yitno, hiu-hiu itu diambil dari laut disana ketika malam hari, sebenarnya saya agak sedikit bingung dengan penjelasan beliau hehe. Sayang banget lagi! Sampah lagi, sampah lagi. Its destroy everything lah. Kasihan hewan-hewan di penangkaran kalau laut sekelilingnya penuh sampah. Saya saja jijik untuk menyelam disana. Tapi, masyarakat disana sudah berusaha mengurangi sampah di daerahnya kok. Mereka juga melakukan pembibitan terumbu karang. Kebetulan kemarin kami sempat melihat mereka menurunkan tempat pembibitan terumbu karang tersebut.
Rencana awal kami sih setelah dari pulau Tabuhan langsung balik ke penginapan. Namun, karena jarak ke Baluran Cuma satu jam, akhirnya kami tergoda dan memutuskan untuk langsung meluncur ke Baluran!
Setelah satu jam melakukan perjalanan, yuhuuuuu welcome to Baluran national Park! Sabananya Indonesia, little Kenya-nya Indonesia. walaupun katanya sabana di Sumba lebih bagus. But, Baluran pun tak kalah membuat saya takjub! Wee ga cukup tiba di pos Baluran, kita butuh sekitar satu jam untuk menuju sabana-nya. Daaaaannn jalaaannnyaa, kaya peyek kacang lah ya! Butuh kekuatan ekstra untuk melewati jalan dari pos menuju sabana. Apalagi kami semua menggunakan motor matic. Struggle!
Taraaa, setelah berkutat dengan jalanan yang awesome nan menantang. Halah. Akhirnya kami tiba di sabana bekol uwuuww! Tapi sebelum menyusuri sabana, kami makan dulu! Makan nasi Tempong! Nasi khas Banyuwangi, nasi yang terdiri dari sambal, ayam, ikan asin, sayur dan tempe tahu ini lumayan mengisi perut yang kosong. Puas makan, segera kita naik ke gardu pandang dan foto-foto (perilaku wisatawan) di Baluran. Sayang kami ga ketemu badak maupun banteng huhu. Baluran adalah salah satu spot yang akan saya kunjungi lagi ketika saya ke Banyuwangi!

Waktu semakin berlari mengejar malam, hais hehe. Akhirnya kami memutuskan untuk balik ke Penginapan. Hujan deras ditemani jalanan Baluran yang ekstrem menjadi cerita lain dalam perjalanan kami pulang. see ya on Banyuwangi page two ya! Salam Jelajah!
sabana bekol

Baluran

No comments:

Post a Comment

Gunung Batur, Tiktok Satu Hari Saat Kuningan

Perjalanan ini sungguh perjalanan tak direncanakan. Pumpung libur dari internship, aku mengajak beberapa temanku di Bali untuk mendaki gunu...