Wuhuuuuw akhir
tahun yang menyenangkan dengan perjalanan yang luar biasa. I am deeply in love with BANYUWANGI. Bulan Desember 2015 kemarin,
saya dan beberapa teman sekelas memutuskan mengadakan perjalanan ke Banyuwangi,
sebenarnya tidak murni jalan-jalan sih. Lebih tepatnya menyelesaikan tugas
kelompok pemanduan mereka, saya mah ngikut-ngikut aja. Diputuskanlah tanggal 16
Desember 2015 kami memulai trip ala-ala 5 cm kami. Sebelumnya, kami telah
membeli tiket kereta untuk berangkat dan pulangnya. Cuma ada satu kereta dari
Yogyakarta ke Banyuwangi yaitu kereta api Sri Tanjung dengan harga Rp
100.000,-. Jadi kalau di total sih tiket pp habis sekitar Rp. 200.000,-.
Rabu pagi kami
berenam sudah siap tempur dengan perjalanan hampir 12 jam yang akan kami lalui.
Nuha, Tegar, Mamang, Imboy, Miya dan Flora siap menuju pucuk tenggara pulau
Jawa. Yuhuuuu!!
Penginapan |
enginapan di belakang stasiun. Penginapan tersebut milik Ibu Dewi, sebelumnya kami telah menghubungi beliau sehingga setibanya di penginapan kami bisa langsung ambruk di kasur.
Hari pertama
di Banyuwangi! Pagi-pagi sudah disambut dengan sarapan pagi di penginapan,
serasa di rumahlah. Destinasi pertama kami adalah Pulau Tabuhan yang jarak dari
penginapan sekitar 52 km dan kami tempuh sekitar satu jam perjalanan
menggunakan sepeda motor. Yup! Di penginapan Bu Dewi juga menyediakan penyewaan
sepeda motor. Satu hari per satu motor adalah Rp 75.000,-. Karena kami berenam,
jadi kami menyewa tiga motor. Lanjut ke first
destination. Nah, awalnya kami gatau cara menuju pulau Tabuhan. Ada dua
alternatif sebenarnya, yaitu melalui pantai watu dodol atau melalui pantai
Bangsring. Kami memutuskan melalui pantai Bangsring.
pulau Tabuhan |
Sebenarnya
pantai Bangsring bukanlah sebuah tempat wisata karena belum memiliki izin
wisata. Pantai Bangsring adalah zona perlindungan bersama, namun akibat
banyaknya animo masyarakat yang ingin berwisata disana, akhirnya dibukalah
beberapa spot untuk wisatawan. Jalan menuju pantai Bangsring sendiri tidak
begitu kentara karena tidak adanya penunjuk jalan. Hanya ada baliho bertuliskan
zona perlindungan kecil di sisi kiri jalan. Jika tidak seksama mengamati maka
akan terlewat.
Tetapi, kita
tetap berhasil sampai di lokasi. Di pantai Bangsring sendiri ada beberapa spot
snorkeling tanpa harus menyeberang ke pulau Tabuhan. Juga ada rumah apung,
tempat penangkaran hiu-hiu kecil.serta beberapa olahraga air ringan yang
disewakan. Untuk menuju rumah apung, cukup membayar Rp. 5000,- untuk
penyeberangan, dan jika ingin bersnorkeling, penyewaan alatnya Rp. 25.000,-.
Karena tujuan utama kami adalah pulau Tabuhan, kami harus mengeluarkan sekitar
Rp 450.000,- untuk biaya penyeberangan serta jasa pemandu sebesar Rp. 50.000,-.
Berangkatlah kami menuju pulau kecil Tabuhan!
Sebenarnya
saya sedikit kecewa, karena tidak sesuai dengan ekpektasi snorkeling saya
heuheu. Tapi over all, menyenangkan!
Semua perjalanan akan menyenangkan jika bersama sahabat terbaik bukan. Pulau
Tabuhan dan pantai Bangsring sendiri mulai dibuka sebagai destinasi wisata baru
pada awal tahun 2015 kata pemandu kami yang bernama pak Yitno. Masyarakat
disini kebanyakan memakai bahasa madura dalam berkomunikasi, walaupun dekat
dengan pulau Bali. Saya jadi heran, kenapa kok bisa gitu? Ya sudahlah. Anw, kekecewaan
saya bertambah, karena melihat kondisi pulau dan laut yang banyak sampah
bertebaran. Tidak sepenuhnya dari wisatawan yang datang sih, bisa saja
sampahnya berasal dari sampah-sampah yang hanyut dari pulau bali, pelabuhan
atau banyuwangi sendiri. Sayang banget. Padahal jika tidak ada sampah, terumbu
karang di pulau Tabuhan juga lumayan bagus untuk dieksplor.
penangkaran hiu, rumah apung |
Puas mainan
air di pulau Tabuhan, kami kembali ke daratan di pantai bangsring. Eh tapi
sebelumnya, mampir dulu di rumah apung untuk melihat penangkaran hiu. Hampir
sama kaya di pulau Menjangan Besar di Karimun Jawa. Bedanya spotnya lebih
kecil. Dan kata pak Yitno, hiu-hiu itu diambil dari laut disana ketika malam
hari, sebenarnya saya agak sedikit bingung dengan penjelasan beliau hehe.
Sayang banget lagi! Sampah lagi, sampah lagi. Its destroy everything lah. Kasihan hewan-hewan di penangkaran
kalau laut sekelilingnya penuh sampah. Saya saja jijik untuk menyelam disana.
Tapi, masyarakat disana sudah berusaha mengurangi sampah di daerahnya kok.
Mereka juga melakukan pembibitan terumbu karang. Kebetulan kemarin kami sempat
melihat mereka menurunkan tempat pembibitan terumbu karang tersebut.
Rencana awal
kami sih setelah dari pulau Tabuhan langsung balik ke penginapan. Namun, karena
jarak ke Baluran Cuma satu jam, akhirnya kami tergoda dan memutuskan untuk
langsung meluncur ke Baluran!
Setelah satu
jam melakukan perjalanan, yuhuuuuu welcome
to Baluran national Park! Sabananya Indonesia, little Kenya-nya Indonesia. walaupun katanya sabana di Sumba
lebih bagus. But, Baluran pun tak kalah membuat saya takjub! Wee ga cukup tiba
di pos Baluran, kita butuh sekitar satu jam untuk menuju sabana-nya. Daaaaannn
jalaaannnyaa, kaya peyek kacang lah ya! Butuh kekuatan ekstra untuk melewati
jalan dari pos menuju sabana. Apalagi kami semua menggunakan motor matic. Struggle!
Taraaa,
setelah berkutat dengan jalanan yang awesome nan menantang. Halah. Akhirnya
kami tiba di sabana bekol uwuuww! Tapi sebelum menyusuri sabana, kami makan
dulu! Makan nasi Tempong! Nasi khas Banyuwangi, nasi yang terdiri dari sambal,
ayam, ikan asin, sayur dan tempe tahu ini lumayan mengisi perut yang kosong.
Puas makan, segera kita naik ke gardu pandang dan foto-foto (perilaku wisatawan)
di Baluran. Sayang kami ga ketemu badak maupun banteng huhu. Baluran adalah
salah satu spot yang akan saya kunjungi lagi ketika saya ke Banyuwangi!
Waktu semakin
berlari mengejar malam, hais hehe. Akhirnya kami memutuskan untuk balik ke
Penginapan. Hujan deras ditemani jalanan Baluran yang ekstrem menjadi cerita
lain dalam perjalanan kami pulang. see ya
on Banyuwangi page two ya! Salam Jelajah!
sabana bekol |
Baluran |
No comments:
Post a Comment