Sunday, January 17, 2016

Kawah Ijen dan Penambang Belerang



Kawah ijen menjadi destinasi wajib yang harus dikunjungi jika ke Banyuwangi! Menjadi spot yang sudah famous di seluruh dunia membuat saya dan teman-teman tak ketinggalan untuk bercengkerama dengan dataran tinggi berkawah setinggi kurang lebih 3000 mdpl ini. Perjalanan kami mulai dari penginapan sekitar pukul 12 malam. Menyusuri jalanan panjang dengan kanan kiri hutan adalah perjalanan paling horrorrrr buat saya. Apalagi saya tidak suka malam dan parno terhadap kegelapan. Hanya ada sesekali bapak-bapak yang menyalip kami, namun karena motor kami hanya motor matic, kecepatannya ya standar saja sih. Anyway, walaupun malam hari dan gelap sepi serta seram, jalan menuju kawah ijen terkenal paling aman dan tidak rawan begal. Salut! Untung jalannya ga kaya jalan menuju sabana Baluran. Jalan ke Kawah Ijen sudah halus dan mulus kaya paha personil JKT48, eh.
                Satu jam sudah kami melewati jalanan sepi bak uji nyali, sampailah di pos pendakian Kawah Ijen. Retribusi masuk per orangnya adalah Rp 5000,- dan biaya parkir motor juga Rp 5000,-. Sebelumnya banyak sekali pemandu-pemandu lokal yang menawarkan jasanya ada pula beberapa orang yang menyewakan masker oksigen, karena katanya kalau pakai masker biasa tidak bisa menahan bau gas belerang sehingga berbahaya bagi kesehatan. Nah karena kami ke Banyuwangi dengan alibi tugas pemanduan, kamipun menyewa jasa salah seorang pemandu lokal. Mas Saipul begitu ia akrab dipanggil. Beliau berusia sekitar 30 tahun. Beliau sangat pendiam, namun pertanyaan-pertanyaan kami selalu dijawab dengan mantap olehnya. Kebanyakan pemandu di Kawah Ijen merangkap sebagai penambang belerang, kata Pak Saipul, ada kurang lebih 40 pemandu lokal di Kawah Ijen. Setelah berkenalan dan basa basi singkat kami langsung melangkahkan kaki menyusuri jalanan menuju puncak Ijen. Pembukaan jalur pendakian Ijen tidak tentu waktunya, tergantung kondisi agar pendaki tetap aman. Kadang bisa pukul 2 malam baru dibuka, padahal blue fire yang  menjadi ciri khas Kawah Ijen menghilang sekitar pukul 5 dini hari.
Papan peringatan
                Banyak sekali pendaki yang naik bersama kami, padahal bukan weekend. Hal ini membuktikan betapa diminatinya Kawah ijen sebagai destinasi wisata. Hmm kira-kira setelah hampir kurang lebih 2 jam setengah kami tiba di puncak Ijen. Aaaaa paraahnya blue fire ga kelihatan dari puncak, so we should going down the creater. Padahal, sudah ada peringatan untuk tidak turun ke dalam kawah. Yah namanya manusia, peringatan kan untuk dilanggar, dalihnya. Toh kami pun turun juga. Nah ini nih fungsi pemandu. Pak Saipul membantu kami mencari jalan menuju titik-titik blue fire. Dari puncak menuju kawah sekitar 800 meter, dan medannya uwhh ekstrim pisan. Sebelum turun sebaiknya menyewa masker oksigen deh, biasanya disewakan sekitar Rp 25.000,-. Penting banget, biar napas tetap lancar karena bau belerang benar-benar menyengat.

Penambang Belerang
                Mulailah kami menyusuri jalanan menuju kawah. Sepanjang perjalanan, kami selalu berpapasan dengan penambang belerang. Saya takjub dengan para penambang, mereka hanya menggunakan pakaian seadanya dan kadang tanpa masker membawa belerang yang beratnya bisa berkilo-kilo. Dan taukah? Harga belerang perkilonya dipatok dengan harga Rp 800,-. Miris saya mendengar pemaparan Pak Saipul mengenai penambang belerang. Beruntunglah, sekarang sudah ada troli dari puncak, sehingga penambang belerang tidak perlu memanggul belerangnya terlalu jauh. Tapi tetap saja, harusnya harganya dinaikan, kan kasihan.
                Meninggalkan penambang belerang, kami sudah sampai di bibir kawah. Hanya ada beberapa spot blue fire kecil yang dapat kami lihat. Udara yang sangat dingin serta ngantuk membuat saya tidak lama-lama menikmatinya, banyak orang yang turut berkerumun juga membuat saya enggan berlama melihat blue fire. Pak Saipul mengambilkan kami beberapa batang belerang dan mengatakan bahwa kalau belerang itu dibakar akan keluar api biru. Kamipun membuktikannya dan walaaa mini blue fire terbentuk dari belerang yang dibawa Pak Saipul tadi.
blue fire. pict by Tegar
                Matahari mulai menampakan sinarnya, blue fire sudah menghilang sejak jam 5 dini hari, dan kawah belerang terlihat mempesona menyambut mentari pagi. Sekitar yang tadinya gelap mulai kelihatan dan menyombongkan relief-relief keindahannya. Kami pun berfoto-foto layaknya wisatawan pada umumnya. Lanjuttt menanjak untuk kembali turun. Iya menanjak dulu abis itu turun, struggle! Sepanjang perjalanan turun, mata akan disuguhkan pemandangan alam yang indah banget. Kalau beruntung bisa lihat lutung yang bergelantungan di pohon-pohon. Asik sekali.
                Finally nyampe bawah juga! Oh iya, menyewa jasa guide di Kawah Ijen sekitar Rp 150.000,- tapi itu manfaat banget yakin. Selain membantu perekonomian masyarakat lokal, kita juga bisa nanya-nanya banyak hal sama pemandu. Totally worthed.
                Hei perjalanan saya belum berakhir! Selamat menikmati tulisan saya, tunggu cerita tentang Red Island and Meru Betiri National Park yeahhh! Happy traveling human J


No comments:

Post a Comment

Gunung Batur, Tiktok Satu Hari Saat Kuningan

Perjalanan ini sungguh perjalanan tak direncanakan. Pumpung libur dari internship, aku mengajak beberapa temanku di Bali untuk mendaki gunu...