Kawah ijen
menjadi destinasi wajib yang harus dikunjungi jika ke Banyuwangi! Menjadi spot
yang sudah famous di seluruh dunia
membuat saya dan teman-teman tak ketinggalan untuk bercengkerama dengan dataran
tinggi berkawah setinggi kurang lebih 3000 mdpl ini. Perjalanan kami mulai dari
penginapan sekitar pukul 12 malam. Menyusuri jalanan panjang dengan kanan kiri
hutan adalah perjalanan paling horrorrrr buat saya. Apalagi saya tidak suka
malam dan parno terhadap kegelapan. Hanya ada sesekali bapak-bapak yang
menyalip kami, namun karena motor kami hanya motor matic, kecepatannya ya
standar saja sih. Anyway, walaupun
malam hari dan gelap sepi serta seram, jalan menuju kawah ijen terkenal paling
aman dan tidak rawan begal. Salut! Untung jalannya ga kaya jalan menuju sabana
Baluran. Jalan ke Kawah Ijen sudah halus dan mulus kaya paha personil JKT48,
eh.
Satu
jam sudah kami melewati jalanan sepi bak uji nyali, sampailah di pos pendakian
Kawah Ijen. Retribusi masuk per orangnya adalah Rp 5000,- dan biaya parkir
motor juga Rp 5000,-. Sebelumnya banyak sekali pemandu-pemandu lokal yang
menawarkan jasanya ada pula beberapa orang yang menyewakan masker oksigen,
karena katanya kalau pakai masker biasa tidak bisa menahan bau gas belerang
sehingga berbahaya bagi kesehatan. Nah karena kami ke Banyuwangi dengan alibi
tugas pemanduan, kamipun menyewa jasa salah seorang pemandu lokal. Mas Saipul
begitu ia akrab dipanggil. Beliau berusia sekitar 30 tahun. Beliau sangat
pendiam, namun pertanyaan-pertanyaan kami selalu dijawab dengan mantap olehnya.
Kebanyakan pemandu di Kawah Ijen merangkap sebagai penambang belerang, kata Pak
Saipul, ada kurang lebih 40 pemandu lokal di Kawah Ijen. Setelah berkenalan dan
basa basi singkat kami langsung melangkahkan kaki menyusuri jalanan menuju
puncak Ijen. Pembukaan jalur pendakian Ijen tidak tentu waktunya, tergantung
kondisi agar pendaki tetap aman. Kadang bisa pukul 2 malam baru dibuka, padahal
blue fire yang menjadi ciri khas Kawah Ijen menghilang
sekitar pukul 5 dini hari.
Papan peringatan |
Banyak
sekali pendaki yang naik bersama kami, padahal bukan weekend. Hal ini
membuktikan betapa diminatinya Kawah ijen sebagai destinasi wisata. Hmm
kira-kira setelah hampir kurang lebih 2 jam setengah kami tiba di puncak Ijen.
Aaaaa paraahnya blue fire ga
kelihatan dari puncak, so we should going
down the creater. Padahal, sudah ada peringatan untuk tidak turun ke dalam
kawah. Yah namanya manusia, peringatan kan untuk dilanggar, dalihnya. Toh kami
pun turun juga. Nah ini nih fungsi pemandu. Pak Saipul membantu kami mencari
jalan menuju titik-titik blue fire. Dari puncak menuju kawah sekitar 800 meter,
dan medannya uwhh ekstrim pisan. Sebelum
turun sebaiknya menyewa masker oksigen deh, biasanya disewakan sekitar Rp
25.000,-. Penting banget, biar napas tetap lancar karena bau belerang
benar-benar menyengat.
Penambang Belerang |
Mulailah
kami menyusuri jalanan menuju kawah. Sepanjang perjalanan, kami selalu
berpapasan dengan penambang belerang. Saya takjub dengan para penambang, mereka
hanya menggunakan pakaian seadanya dan kadang tanpa masker membawa belerang
yang beratnya bisa berkilo-kilo. Dan taukah? Harga belerang perkilonya dipatok
dengan harga Rp 800,-. Miris saya mendengar pemaparan Pak Saipul mengenai
penambang belerang. Beruntunglah, sekarang sudah ada troli dari puncak,
sehingga penambang belerang tidak perlu memanggul belerangnya terlalu jauh.
Tapi tetap saja, harusnya harganya dinaikan, kan kasihan.
Meninggalkan
penambang belerang, kami sudah sampai di bibir kawah. Hanya ada beberapa spot
blue fire kecil yang dapat kami lihat. Udara yang sangat dingin serta ngantuk
membuat saya tidak lama-lama menikmatinya, banyak orang yang turut berkerumun
juga membuat saya enggan berlama melihat blue
fire. Pak Saipul mengambilkan kami beberapa batang belerang dan mengatakan
bahwa kalau belerang itu dibakar akan keluar api biru. Kamipun membuktikannya
dan walaaa mini blue fire terbentuk dari belerang yang dibawa Pak Saipul tadi.
blue fire. pict by Tegar |
Matahari
mulai menampakan sinarnya, blue fire sudah menghilang sejak jam 5 dini hari,
dan kawah belerang terlihat mempesona menyambut mentari pagi. Sekitar yang
tadinya gelap mulai kelihatan dan menyombongkan relief-relief keindahannya. Kami
pun berfoto-foto layaknya wisatawan pada umumnya. Lanjuttt menanjak untuk
kembali turun. Iya menanjak dulu abis itu turun, struggle! Sepanjang perjalanan turun, mata akan disuguhkan
pemandangan alam yang indah banget. Kalau beruntung bisa lihat lutung yang
bergelantungan di pohon-pohon. Asik sekali.
Finally
nyampe bawah juga! Oh iya, menyewa jasa guide di Kawah Ijen sekitar Rp 150.000,-
tapi itu manfaat banget yakin. Selain membantu perekonomian masyarakat lokal,
kita juga bisa nanya-nanya banyak hal sama pemandu. Totally worthed.
Hei
perjalanan saya belum berakhir! Selamat menikmati tulisan saya, tunggu cerita
tentang Red Island and Meru Betiri National Park yeahhh! Happy traveling human J
No comments:
Post a Comment