Thursday, September 21, 2017

Mengabdi untuk Ujung Barat Indonesia

Aku bersyukur UGM memiliki program pengabdian masyarakat, dan “mewajibkan” semua mahasiswanya untuk terjun ke masyarakat dan mengimplementasikan ilmunya di masyarakat secara nyata. Memang awalnya mengecewakan dan bikin aku gak pengen KKN, apalagi dengan tim yang mungkin ga sesuara dengan kamu. 

                Tapi, setelah kamu terjun di masyarakat dan berbaur dengan kehidupan mereke,  kamu akan tau nikmatnya bersosialisasi dan nikmatnya mengabdi.

Apalagi ketika kamu ditempatkan di daerah yang menakjubkan, meskipun bukan daerah timur seperti mimpiku. Sabang adalah tempat yang luar biasa mematri beragam kenangan di hatiku. Aku tidak akan bisa melupakan sabang dan memori – memori dua bulan di sana. Apalagi di Gampong yang bikin hati ini merindu setiap hari, Gampong Jaboi. Berjuta bintang yang ku lihat tiap malam di Gampong ini adalah bintang – bintang yang aku rasa paling indah yang pernah ku lihat.

Pantai Pasi dari atas ketinggian
pict by Hamzah


Tidak hanya alam Jaboi yang aku rindu, masyarakat di Jaboi adalah masyarakat yang sangat ramah dan sangat membantu keberadaan kami selama di sana. Mereka mengaggap kami keluarga dan sudah seharusnya kami menganggap mereka keluarga juga. Nyatanya memang mereka adalah keluarga kedua bagiku.

                That’s the point of traveling that you can’t imagine. Travel teach you that someone in somewhere may be your family, may be your memory, even though you just temporary with them.

Ayah dan Bundaku di Jaboi sana, tidak ada kata yang indah selain, Flora rindu kalian, rindu dimasakin Bunda Hatta kerang dan udang goreng yang enak banget, miso buatan bunda juga enak dan bikin ketagihan. Rindu juga sama Ayah Hatta, tiap malam kalau aku main ke rumah pasti banyak advice  dari ayah yang benar-benar ngena di hati. Apalagi anak – anak bunda, Dessy, Askal dan Saskia, lucu dan sudah aku anggap adik-adikku sendiri.

Dessy yang setiap aku datang pasti bilang “Kak Flo, ayo mau ngemie ga,” dengan nada suaranya yang khas. Askal yang walaupun lebih suka Ndep sama Cae tapi tetap Kak Flo sayang. Saskia my chocochips girls, you always steal my heart!

Sama Dessy lon sayang

Kalau aku tuliskan di sini, rasanya tidak akan dapat mewakili apa yang aku rasakan tapi setidaknya pengingatku untuk tetap bersyukur bahwa aku memiliki mereka.

Begitu pula ayah pondokanku, Bang Yusra dan Kak Tia, maafkan Flora yang jarang dirumah dan malah sering keluyuran dan pulang malam. Tau sendiri, anakmu ini tidak bisa kalau hanya dirumah saja. Terima kasih sudah menampung kami para monster penghabis makanan di rumah kalian, makanan wakbi emang enak banget apalagi kalau Kak Tia lagi libur dan bikin kue, ah rindu!

Rindu juga godain Sulthan kecil yang pinter banget dan hobi minum obat, Salman yang always nginthilin aku kemana-mana, Salman apa kabar? Sehat – sehat ya. Belum lagi Fira yang selalu gangguin aku nelpon Nuha, yang hobinya ngajakin kak Flo jalan – jalan lihat Jaboi. Kapan kamu ke Jogja Fira? Kak Flo rindu ni.

Bang Yusra dan Keluarga

Fira lon sayang, kesayangan kak Flo

Banyak banget, bahkan mungkin hampir semua orang Jaboi itu bikin rindu. Apalagi pemuda – pemuda di Jaboi. Mereka lucu, kocak dan ga ada habisnya bikin ketawa. Hobinya nongkrong di Pasi (Warung Kopi dekat pantai Pasi), main game  ludo sama mini militia. Paling seneng kalau aku sama kabayan ajakin mereka jalan – jalan buat eksplore Sabang.

Rijal, adikku yang nyebelin dan suka ngatain pendek. Dasar anak sekolah, lulus dulu baru ngejekin aku yaa. Kamu gak ngerti betapa berjasanya dirimu telah mengantarku dan Kabayan kemana – mana, begitupula partnermu Bang Robot yang mukanya kaya Tengku Wisnu, lanjutkan bikin video – videonya ya bang. Aku tahu kamu berbakat, sukses kerjanya dan cepat nikah, yang akur sama abang-abang dan adik kau.

dari kiri : flora, lintang, cae, rijal bang bot, boma, tika

selesai acara penanaman mangrove

Aku tidak bisa menyebutkan satu-satu betapa mengenangnya kalian. Bang Pojan, abang aku yang cuek dan sok ganteng, kerja lah bang katanya mau kaya, nyusul Flora ke Jogja, sukses sama kafenya yang di Aceh ya bang. Bang Maput juga yang rajin kerjanya, yang akur sama Rijal.
Abang aku yang paling lucu ya bang dayat, tetap lucu ya bang, titip Reka ya bang, dia adikku yang paling baik juga. Bang Adun juga, mau dong dibikinin kopi lagi sama bang Adun. Rinduuuu bang Adun!

Banyaaaak banget warga Jaboi yang ga bakal aku lupa, selama dua bulan ini banyak memberiku pelajaran dan kenangan-kenangan yang ga terlupakan! Ayah Madi dan bang Yafidz, ciye kolam air panasnya lagi diperbaiki, semoga semakin ramai ya bang! Tetap belajar bahasa inggrisnya, aku senang banget bisa berbagi ilmu dengan kalian!

Bang Marwan, Bang Isa, Ayah Amin, Ayah Mahdi dan Mamak, Bang Juki, Bang Mudi dan Kak Eli, Mamak Cut Intan! How I miss you, Mak!! Kangen bakpia nya yang enak bangettt, sayang, aku gak bisa bawa ke Jogja L. Bang Mudi dan Bu Maulida, bakpia kalian juga enakkk banget, terima kasih uda ngajak Flora jalan-jalan ya. Musamir, Farid Junior, Bang ki, Bang rizal, Bang alam.

pemuda  pemudi Jaboi

keluarg Jaboi

Pak Muzakir, terbaiklah bapak, aku gabisa lagi mengatakan betapa berjasanya bapak untuk masyarakat Jaboi.  You deserve kok pak buat Jaboi lagi. Memang banyak pandangan yang berbeda, tapi bapak tetap panutan!

Jaboi tidak hanya memberi kenangan, jaboi memberiku pelajaran berharga tentang kehidupan, tentang bermasyarakat, tentang cinta, tentang kebebasan, tentang politik, tentang berbagi dan tentang manusia.

                KKN menurutku adalah waktu yang tepat buat ngajarin kita, cara memanusiakan manusia.

Dan bagiku, meskipun hanya dua bulan, aku berharap apa yang kami berikan untuk Jaboi dapat dijaga dan dilanjutkan. Aku percaya kalian bisa, kalian mampu, dan kalian berhak untuk maju.


*Tulisan ini aku dedikasikan untuk warga Jaboi, khususnya orang-orang yang pernah sangat dekat dan masih dekat denganku. Mungkin sekarang aku tidak lagi disana, tapi percayalah suatu saat aku akan pulang.

Cheers,

Flora

No comments:

Post a Comment

Gunung Batur, Tiktok Satu Hari Saat Kuningan

Perjalanan ini sungguh perjalanan tak direncanakan. Pumpung libur dari internship, aku mengajak beberapa temanku di Bali untuk mendaki gunu...