Tempat
ini sudah banyak dibahas di akun-akun travel blogger lainnya. Tapi ga salahkan
kalau saya juga pengen bahas sesuai dengan sudut pandang yang berbeda. Yes! Red
island atau yang dalam bahasa Indonesia Pulau Merah. Saya sempat mengunjunginya
bahkan ngecamp semalam di pantai Pulau Merah.
Pulau Merah |
Well,
kami hanya semalam ngecamp di pantai pulau Merah, yaiyalah ya. Abis itu, kami
melanjutkan perjalanan ke TAMAN NASIONAL MERU BETIRI. Yohooo. Perjalanan yang
ga bakal terlupakan. Taman nasional meru betiri searah dengan pulau Merah,
tinggal keluar sekitar 500 meter dari pos retribusi kemudian belok kiri dan
ikuti jalan. Kita akan melewati PT. Perkebunan Nusantara XII, Kebun Sungai
Lembu. Nah sepanjang jalan akan tampak kebun-kebun kopi, pinus, sengon dan
macam-macam pohon perkebunan lainnya. Hai jangan bayangkan jalan menuju pintu
masuk TN Meru Betiri seperti jalan ke kawah Ijen. Malah jalanan peyek kacang
macam di Baluran yang akan kalian temui. Tapi seruuuu banget. Butuh
hampir empat jam perjalanan dari penginapan menuju Pantai Pulau Merah. Mungkin
karena harus berhenti untuk makan dan membeli perbekalan kali ya jadi lama.
Balik lagi, pantai yang terletak di selatan Banyuwangi ini memiliki ciri khas
yang berbeda. Ada sebuah pulau kecil dekat dengan pantai, itulah yang disebut
pulau merah. Kenapa disebut pulau merah? Menurut sumber yang saya baca sih ada
dua alasan, pertama karena warna pasir dan tanah di pulau tersebut berwarna
kemerah-merahan sedangkan versi kedua menurut warga, dahulu ada pancaran cahaya
merah yang bersinar sekitar 100 meter dari pulau tersebut sehingga diberilah nama
pulau merah. Jika laut surut kita dapat berjalan menuju pulau merah. Namun
sayang, saat kami kesana, laut sedang mengamuk dan pasang terlalu tinggi.
Bahkan
saat malam harinya, terjadi badai di pantai. Apalah daya kami yang hanya tidur
dalam tenda. Ngeri sih tapi karena bareng-bareng yauda all is well ajalah. Anyway di Pantai Pulau Merah terkenal dengan
keindahan sunsetnya. Sayanggggg banget lagi, kami sampai di sana ketika
matahari sudah turun ke peraduannya , halah. Dan ga sempet liat sunseeeettt!
Nah karena kami datang saat hari mulai gelap, tidak ada yang menarik retribusi
panta. Retribusi pantai sendiri adalah Rp 5000,- per orangnya. Pantai yang
terletak di teluk pancer ini memang awesome banget, ga kalah lah sama pantai
Kuta di Bali.
Nah
pas uda masuk ke gerbang TN Meru Betiri, kami wajib membayar biaya tiket masuk.
Untuk per orangnya sebesar Rp 7.500,-, sepeda motor Rp. 5000,-, kendaraan roda
4 sebesar Rp. 10.000,- dan Roda 6 sebesar Rp 30.000,-.
Tujuan
kami adalah pantai Teluk ijo, berjuang lagi deh melewati jalanan yang parah. Struggle man! Masih ada rumah-rumah
penduduk disekitar jalan yang kami lewati. Desa Selarong namanya. Eits, sebelum
sampai di pantai Teluk Ijo, kami melewati pantai Rajagwesi. Pantainya bagus
walau kami hanya melihatnya dari jalan karena tidak sempat mampir. Di sebelah
pantai ada sebuah lahan penuh rumput dengan satu pohon besar dan ada sapi-sapi
sedang makan siang. Saya bilang pada Imboy, partner naik motor, bahwa
pemandangan itu seperti di film little
Khrisna. Haha.
Finawesome. Sekitar setengah jam, kami
sampai di pantai batu. Diberi nama pantai batu karena memang isinya batu semua.
Masih harus berjalan lagi sekitar 10-15 menit dan sampai kami di Teluk Ijo.
Yey! Pantai dengan pasir putih yang menawan dan air laut yang berwarna
kehijau-hijauan serta suasana rindang membuat kami tidak tahan untuk
mengabadikannya dalam jepretan kamera. Asyik sekali!
ally, sampailah kami di ... tempat parkir, yups kalau mau ke teluk Ijo, masih harus berjalan sekitar satu kilometer lagi dengan medan naik turun yang
ally, sampailah kami di ... tempat parkir, yups kalau mau ke teluk Ijo, masih harus berjalan sekitar satu kilometer lagi dengan medan naik turun yang
Puas
dengan teluk Ijo, kami pun memutuskan pulang ke penginapan. Sebenarnya di taman
Nasional Meru Betiri masih banyak spot wisata lain yang more awesome. Pantai
Sukamade misalnya, melihat pelepasan penyu-penyu cantik membuat kami tergoda
ingin kesana, sayangnya waktu tidak bisa diajak berkompromi. See ya beberapa
tahun lagi Meru Betiri, saya akan menyambangimu lagi.
Tambahan : Hari itu, 19 Desember
2015 adalah hari ulang tahun Banyuwangi yang k 244 tahun. Kebetulan salah
seorang dari kami mendapat undangan VIP untuk menonton perayaan ulang tahun
Banyuwangi di Taman Blambangan, kami ikut saja. Menonton dangdut khas
Banyuwangian dan kembang api simbol HUT Banyuwangi adalah hari terakhir yang ga
bisa dilupakan. Banyuwangi memang punya cerita lain dalam kehidupan saya.
Yuhuuy
sampai jumpa lagi di perjalanan-perjalanan yang lain. Keep Awesome!