Wednesday, March 25, 2020

Gunung Batur, Tiktok Satu Hari Saat Kuningan

Perjalanan ini sungguh perjalanan tak direncanakan. Pumpung libur dari internship, aku mengajak beberapa temanku di Bali untuk mendaki gunung batur. Gunung yang berada di Kintamani ini menarik perhatianku karena waktu pendakian yang bisa ditempuh dengan singkat sehingga tidak mengganggu jam kerja internshipku. Dan kebetulan salah satu temenku merupaka tour guide Gunung Batur. Dia adalah Komang! Check his instagram here @ikomangsparsa.
Setelah ajak sana sini akhirnya terkumpulah aku, Siti, Kiki, Mas Wiwid dan Komang! Yayy!  

Kami berangkat sabtu malam dan berniat mendaki minggu subuh. 
Sebelum berangkat, aku benar-benar tidak notice kalau hari itu adalah Kuningan. Dan karena Komang beragama hindu, kami bertanya apakah tidak apa-apa mendaki saat Kuningan? Dan dia bilang tidak masalah karena dia bisa sekalian pulang ke kampung nya di Kintamani.

Akhirnya berangkatlah kami ber empat, oh iya saat itu Siti tidak jadi bergabung bersama kami karena kondisi pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.
Kami berangkat pukul 9 malam dengan estimasi perjalanan Renon (Denpasar) ke Kintamani sekitar 2jam. Sebelum berangkat kami membeli beberapa logistik untuk bekal kami di Gunung.

Aku tak membayangkan perjalanan Denpasar-Kintamani sangat sepi sama sekali tidak ada kendaraan yang lewat. Ya, malam itu adalah malam kuningan.
Kami tiba di Kintamani sekitar pukul setengah 12 malam dan langsung menuju Black Lava Hostel. Hostel ini kami jadikan basecamp karena merupakan tempat Komang bekerja. Kami beristirahat dan bersiap untuk summit ke puncak pukul 2 pagi. Kami pun mulai berjalan menyusuri jalan setapak, sekitar 30 menit kami berjalan, kami menemukan sebuah pura dan Komang meminta izin untuk beribadah sebentar. 

Sepanjang perjalanan sangat gelap karena memang masih sangaat pagi buta. Butuh dua jam perjalanan hingga sampailah kami di pos pendakian. Disitu kami disambut teman Komang dan langsung di persilahkan untuk istirahat sambil menunggu sunrise. Suprisingly, Komang ternyata membawa ikan mujaer dan memasakannya untuk makan kami. 
Selama perjalanan ditemani doggy-doggy lucu


Matahari pun mulai menampakan sinarnya, pos kami berada di sisi timur Gunung Batur sehingga kami bisa leluasa melihat pemandangan matahari terbit, gunung agung dan danau kintamani yang sangat indah. Tentu saja sembari menikmati ikan mujaer yang di tumis oleh Komang. Setelah puas foto-foto sunrise kami melanjutkan mengitari Gunung Batur untuk menemukan puncak dan kembali turun melewati jalur barat. 
 
Perjalanan turun
Waktu turun kabut sudah mulai menyelimuti jalanan sekitar kami, membuat udara yang sejuk dan membuat rasa lelah kami hilang. Setelah sampai hostel kami pun berkemas dan melanjutkan untuk berendam di To ya de vasa dekat dengan hostel kami.

Biaya masuk saat itu masih Rp 50.000/orang dan sewa handuk Rp 10.000. 
Air panas di Toya De Vasa membuat relax otot otot kami setelah mendaki. Setelah puas berendam, kami pun pulang ke Denpasar dengan hati yang gembira.

Cheers,
Flora

Monday, March 16, 2020

Tips & Trick Traveling With Motorcycle (Woman Experience) In Indonesia

A few days ago, I have told ya that I went to Lombok with my friend by motorcycle! Some of you may curious or worry about that because it looks risky traveling by motorcycle in our country. Don't worry guys! Here I give u some tips on how you can survive when traveling with your beloved motorcycle:

◦ Firstly, you have to ensure that your body and mind are healthy enough and fit! Traveling with motorcycle closed with nature and windy atmosphere. You have to deal with it or you will get fever before you arrive at the destination.

◦ Check and ensure that your motorcycle in a good condition for a long journey. Check the machine, fuel, brake, tire and several spare parts inside your motorcycle. If you don't have any knowledge about that, go to the near garage and ask the expert. Don't go with a broke motorcycle or you will get trouble in the middle of your trip!

◦ Ah, don't forget to choose the right partner. They should be strong and thoughtful because you guys facing the unconditional route. Even you know the maps or the region. A good partner will make your journey more fantastic!

◦ Then double-check your equipment! Make sure you bring a simple carrier or bag! Remember that you are on the road not on the plane! Don't bring your suitcase lol!

◦ Arrange your journey like how many days you will on the road and how many days you will rest. It makes your time management easy.

◦ Bring some survival kit

◦ Be brave and still polite in everywhere! Because you don't know who you will meet on the way to your destination.

◦ Always charge your phone and maps when in the rest area. So if you lost you'll not panic! Or at least, you can ask the local people there.


Me and my friend

AA - DK - DR


Yups! Those are some tips on how I manage my travel by motorcycle! Do you guys have other tips and tricks?? Please comment below!

Cheers,
Flora

Dua Perempuan Naik Motor Bali-Lombok


Berawal dari rasa ingin tahu tanah lombok yang hanya 6 jam perjalanan laut dari pelabuhan padang bai menuju pelabuhan lembar Lombok, dua perempuan ini nekat menyeberang selat Lombok. Ya! Itu aku dan teman baikku Siti. Waktu magangku di Bali selama tiga bulan telah selese, aku dan Siti memutuskan untuk merencanakan perjalanan dua hari dua malam Bali Lombok menggunakan motor kesayanganku, Rio. Saat itu kami hanya punya uang 300rb untuk dua hari perjalanan. Tempat-tempat wisata yang sekiranya mudah di jangkau dan non berbayar kami list dalam ingatan. 
Jalan menuju Pantai Pink

Tanggal 10 Desember, pagi aku berkemas menyiapkan barang yang akan aku bawa ke lombok. Sore hari, berbekal tas ransel berisi 4 baju dan 2 celana, aku menjemput Siti yang hari itu pulang kantor. Sebagai mahasiswa magang di perantauan tentu uang menjadi hal krusial dalam perjalanan. Sebelum berangkat, aku sudah melakukan riset tentang akomodasi, biaya bensin, makan dan tiket masuk agar uang 300rb/masing-masing tersebut cukup untuk kehidupan kami berdua di Lombok. Pukul 6 sore kami berangkat dari Renon denpasar menuju pelabuhan padang bai. Butuh sekitar 1,5-2 jam perjalanan untuk mencapai pintu barat Bali tersebut. 

Sampai di pelabuhan padang bai, kami memutuskan untuk istirahat di sekitar pelabuhan. Karena baru pukul 9, seorang bapak polisi menyarankan kami untuk istirahat di Pos Penjaga dan berangkat tengah malam agar sampai di pelabuhan lembar tepat pagi hari. Sambil menunggu kami bersendau gurai dengan bapak-bapak yang berjaga di pelabuhan. Pukul 12 malam kapal kami pun datang. Karena sudah asik bercanda dan bertukar cerita, pak penjaga menitipkan kami ke awak kapal tanpa dikenakan biaya penyeberangan! Senang sekali rasanya kami bisa menghemat uang transport kapal! Biaya untuk menyeberangkan satu motor dan dua orang penumpang saat itu 125rb rupiah sekali jalan. Dalam hati kami bersyukur masih banyak orang baik yang membantu kami! Bangku penumpang saat itu penuh semua, kebaikan datang dari penjual minuman diatas kapal, kami diijinkan tidur di dalam stan minumannya. Pagi hari pukul 5 pagi kami sampai di pelabuhan lembar.

Untuk pertama kalinya, akhirnya aku menginjakan kaki ku di tanah nusa tenggara barat! Ku bawa Rio dan Siti menyusuri jalan raya setelah turun dari kapal. Tujuan kami saat itu adalah mencari pom bensin terdekat untuk mandi dan berganti pakaian. Setelah sekitar 15 menit berjalan akhirnya kami menemukan pom bensin terdekat di daerah Lembar. Setelah beres-beres kami memutuskan untuk mengunjungi pantai pink. Karena terkagum dengan foto-foto yang ditampilkan di galeri internet pun waktu perjalanan dari tempat kami istirahat ke pantai pink hanya berkisar 2 jam. Bergegaslah kami meluncur. Ah iya, untuk mengganjal perut kami mampir makan di daerah Praya, makan rawon di pinggir jalan harganya sekitar 13-15rb!  Ternyata google maps dan kenyataan kacau, teman! Kami sudah mengendarai motor lebih dari dua jam namun pantai pink tak jua sampai. Bahkan kami harus melewati hutan dan jalanan berbatu yang saat itu tidak ada rumah penduduk sama sekali!

Bukit di Pantai Pink

Kepanasan

Pantai Pink Lombok

Kami hanya berdua, perempuan dengan motor matic yang mungkin tiba-tiba bisa bocor atau kehabisan bensin di tengah jalan! Sepanjang perjalanan kami tidak ada hentinya istigfar karena sungguh jauh berbeda dengan yang ada di maps. Setelah hampir 3,5 jam perjalanan akhirnya sampai kami di pantai pink! Dan ternyata saat siang hari warna pinknya tidak begitu terlihat, agak kecewa tapi kami tetap senang karena bisa menikmati perjalanan yang berbeda dan menantan ditambah di kanan kiri sepanjang jalan banyak sekali monyet liar yang melihat kami. Setelah puas berfoto-foto dan bercengkerama dengan pedagang di pantai pink, perjalanan kami lanjutkan menuju pantai tanjung aan dan bukit merese. Pantai di selatan pulau lombok. 
Selfie di pinggir jalan menuju Pantai Tanjung Aan


Dari pantai pink ke pantai tanjung Aan dibutuhkan waktu 1,5 sampai 2 jam perjalanan. Namun, kali ini lebih menyenangkan karena kami lewat jalur selatan lombok dimana di kiri jalan sepanjang perjalanan adalah pantai dan di kanan jalan adalah bukit-bukit. Jalanan sepi sekali dan pemandangan sangat indaaaaah! Tapi tidak merekomendasikan kalian untuk lewat jalan ini ketika malam hari, banyak jambret kata warga sekitar! Pukul setengah tiga sore kami sampai di pantai tanjung Aan dan bukit merese! Kami menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam disana dan mulai melanjutkan perjalanan ke Desa Sade.
Bukit Merese

Sepanjang perjalanan kami tidak hentinya mengucap syukur karena sangat amaze dengan pemandangan alam di Lombok! Perjalanan dari pantai tanjung Aan menuju Desa Sade sekitar 30 menit. Sangat jarang kami temui rumah di sepanjang perjalanan. Sampailah kami di Desa dengan kearifan lokal berupa kerajinan tenun dan rumah rumah penduduk yang terbuat dari kayu. Setelah parkir kami segera bergegas menuju ke pintu masuk Desa Sade. Tidak ada biaya retribusi untuk masuk ke Desa Sade, namun kita bisa menggunakan jasa pemandu untuk memandu kita mengelilingi desa. Karena hari sudah semakin sore, kami memutuskan untuk berkeliling sendiri tanpa memakai pemandu. Banyak kerajinan tenun lombok yang memanjakan mata dan membuat kami 'kalap' memborong untuk oleh-oleh teman dan keluarga di rumah. Harganya sangat terjangkau jadi tidak perlu risau kehabisan uang. Ada banyak hasil kerajinan seperti gelang tenun, gantungan kunci, kain dan manik-manik lainnya. 
Kerajinan di Desa Sade

Puas mengunjungi Desa Sade, kami langsung meluncur ke Mataram, pusat Kota Lombok. Perjalanan dari Desa Sade ke Kota Mataram lumayan memakan waktu sekitar 1,5 jam. Nah untuk menghemat budget, aku dan Siti menginap satu malam di Rumah Singgah Lombok. Yups! Rumah singgah ini biasa digunakan para backpacker untuk singgah dan tidur ketika berada di Lombok. Sama sekali tidak dipungut biaya sepeserpun. Rumah ini dikelola oleh mamak dan bapak yang baik sekali. Oh iya kalau kalian ingin singgah disini bisa hubungi Mas Duta (0818542733). Usahakan dua hari sebelum kalian datang yah, biasanya cuma diminta foto KTP saja kok! 
Di Rumah Singgah bersama Mamak

Kebetulan ketika kami disana hanya ada satu rombongan mbak dan mas dari Jakarta. Jujur untuk hari kedua, aku dan Siti gak ada planning apapun karena capek banget dan besok harus langsung ke pelabuhan Lembar untuk pulang kembali ke Bali. Nah! Setelah ngobrol ngalor ngidul sama mbak dan mas nya kami memutuskan untuk ke Desa Sembalun keesokan harinya.

Perjalanan dari rumah singgah menuju desa sembalun adalah 2,5 jam yang berujung 3 jam lebih karena maps di google dan kenyataan memang berbeda jauh! Walaupun lama, kami sangat menikmati pemandang sepanjang perjalanan. Apalagi ketika mendekati Desa Sembalun, gunung rinjani terlihat sangat jelas dan indah sekali. Ingin rasanya melanjutkan mendaki ke gunung rinjani namun apalah daya sore hari itu kami harus pulang kembali ke Bali karena sahabatku Siti harus kembali bekerja. 

Berhenti di Jalan menuju Desa Sembalun

Di Desa sembalun kami pergi ke bukit Selong, salah satu bukit yang latar belakang pemandangannya adalah gunung rinjani. Bukit Selong sengaja kami pilih karena bukit pergangsingan masih jauh dan kami tidak punya cukup banyak waktu. Selain bukit selong kami juga mengunjungi rumah penduduk lokal yang sebagian besar beragama muslim untuk menumpang solat. Setelah puas berkeliling desa sembalun, kami pun kembali ke mataram untuk meneruskan perjalanan kembali ke pelabuhan lembar sore harinya. 
Siti di Bukit Selong


Pukul 6 sore kami sampe pelabuhan lembar dan segera mendapatkan kapal yang lebih bagus dr kapal yang membawa kami ke Lombok. Perjalanan 6 jam kami lewati dengan ngobrol dan bersenda gurau dengan penumpang kapal lainnya. Pukul 11 malam kami sampai di pelabuhan padang bai dan langsung gas menuju denpasar. Pukul 2 malam kami sudah bisa istirahat di kasur kos tercinta.

Berikut rincian budget perjalanan bali lombok 2 hari kami
- Kapal berangkat : gratis
- Kapal pulang : 125rb
- Bensin : 100rb
- Akomodasi : gratis (beli martabak utk bapak mamak: 25rb)
- Makan : 200rb
Total: 450rb/2pax 
@225rb

Sisa 75rb untuk oleh-oleh

Gunung Batur, Tiktok Satu Hari Saat Kuningan

Perjalanan ini sungguh perjalanan tak direncanakan. Pumpung libur dari internship, aku mengajak beberapa temanku di Bali untuk mendaki gunu...