Tuesday, January 31, 2017

Cebar Cebur di Karst Tubing Surobayan Sedayu


“Mana ada wisata alam yang memacu adrenalin tapi tidak jauh-jauh dari kota Jogja?” Banyak orang mungkin tidak percaya dengan adanya wisata alam keren di dekat kota Jogja. Tidak selalu tentang budaya, sekarang Jogja memiliki banyak wisata alam yang menantang untuk dijamah.
                Bukan, bukan cave tubing atau susur gua dan tidak hanya susur sungai biasa. Karst Tubing Sedayu adalah wisata susur sungai yang dinding – dinding sungainya berasal dari batuan kapur atau dapat disebut karst. Dengan menggunakan pelampung berupa ban dan life jacket, wisatawan akan menyusuri sungai batu kapur di daerah Sedayu. Hebatnya lagi, wisata air ini hanya berjarak kurang lebih 19 kilometer dari kota Jogja.
                Bulan September lalu, saya dan ketiga teman kelana wisata memutuskan untuk memacu adrenalin kami dengan mencoba karst tubing ini. Bunderan Universitas Gadjah Mada menjadi titik kumpul kami sebelum melajukan sepeda motor menuju daerah Sedayu. Setelah semuanya berkumpul, berangkatlah kami berempat. Hanya membutuhkan waktu tidak kurang dari setengah jam melalui Ringroad Barat menuju jalan Wates, tibalah kami di Desa Argomulyo Kecamatan Sedayu, lokasi sungai berbatuan kapur tersebut. Tidak perlu takut tersesat atau kesasar sampai Purworejo, di pinggir jalan sudah ada plang penunjuk arahnya kok. Oh iya, Karst Tubing Sedayu ini juga bisa dicari di aplikasi Maps di ponselmu.
                Sampai di pintu masuk, kami disambut oleh baliho besar dengan foto orang – orang berpelampung ban yang nampak ceria. Kami segera meletakan sepeda motor di tempat parkir yang telah disediakan. Tempat parkirnya teduh banget dengan pohon – pohon rindang di sekelilingnya. Ada beberapa gazebo tempat bersantai yang sudah kelihatan dari tempat parkir. Bergegaslah kami menuju loket masuk. Dengan senyum yang ramah, mbak – mbak penjaga loket menawarkan paket karst tubing yang disediakan. Ada dua paket yang ditawarkan, paket pertama yaitu trek karst tubing dengan panjang sungai 900 meter dan membutuhkan waktu tempuh kurang lebih 30 menit. Paket pertama ini dikenakan biaya Rp 30.000,-/pax. Paket yang kedua adalah paket karst tubing dengan panjang sungai sejauh 1,4 kilometer dan membutuhkan waktu tempuh sekitar 50 menit, paket ini dikenakan biaya sebesar Rp 40.000,-/pax. Terhitung murah untuk olahraga air bernuansa alam yang dekat dengan kota Jogja.

foto oleh mas Sugeng, fotografer karst tubing

                Kami memutuskan menggunakan paket karst tubing yang kedua karena lebih panjang sungai yang disusuri akan semakin memacu adrenalin. Tidak lupa kami juga menggunakan jasa fotografi yang juga ditawarkan di sana. Hanya mengeluarkan kocek Rp 50.000,-/grup, kami sudah mendapatkan foto-foto berkualitas. Tidak hanya foto, jasa videografi juga tersedia loh, hanya Rp 75.000,-/grup dan liburanmu di karst tubing akan terdokumentasikan dengan luar biasa. Nah, satu grup disini maksimal 15 orang untuk sekali jalan. Beruntunglah kami hanya berempat dan lebih beruntung lagi, baru kami berempat yang datang esok pagi itu.
                Setelah bertransaksi ini dan itu dengan mbak resepsionis, kami diantar menuju titik keberangkatan. Di sana sudah tersedia berbagai perlengkapan keamanan dan bertumpuk – tumpuk ban dalam yang siap untuk digunakan. Tetiba kami disapa mas – mas paruh baya yang tidak lain tidak bukan adalah mas pemandu kami selama karst tubing. Beliau bernama mas Anto, pemuda lokal yang siap memandu kami menjelajah karst tubing Sedayu.

                “Sebelum memulai petualang kita, mari berdoa sesuai keyakinan masing – masing dan setelah itu akan saya berikan penjelasan singkat untuk memulai karst tubing di sini,” jelas mas Anto penuh semangat. Setelah berdoa dan briefing singkat, kami dipandu untuk berjalan ke lokasi nyemplung – nyemplung sekitar 10 menit. Nah itulah keistimewaan paket kedua. Berjalan kaki melewati rumah penduduk dan hamparan sawah di kiri jalan sungguh sangat mengasyikan. Selain pemanasan sebelum terjun di air, warga lokal yang kami temui juga tersenyum ramah sekali.

                Sampailah kami di titik pertama karst tubing. Setelah semua di air yang dingin dan segaaar, mas Anto memandu kami menuju rute tirai akar. Di sini, kami menyusuri sungai dengan akar – akar gantung yang indah yang bergelantungan di atas kami. Tangan dan kaki diajak untuk terus bergerak demi menjaga keseimbangan dan agar tetap mengikuti arus. Trek berikutnya adalah aliran datar, di trek ini kami diwajibkan menggunakan seluruh tenaga untuk balapan dengan teman lainnya. Setelah ngos – ngosan saling berkejaran kami dipandu menuju trek berikutnya yaitu luncuran. Tidak terlalu tinggi, hanya sekitar satu meter kami harus meluncur perorangan. Walaupun tidak tinggi, cukup membuat jantung berdebaran loh. Tapi tenang, para pemandu siap menjaga kok.


foto oleh mas Sugeng, fotografer karst tubing
foto oleh mas Sugeng, fotografer karst tubing

Masih ada beberapa trek lagi yang harus dilalui. Di trek dinding pantul, kita akan dipantul – pantulkan oleh dinding karst yang cukup sempit sampai bertemu dengan trek leher botol. Di trek leher botol arusnya tidak terlalu deras dan spot yang bagus untuk berfoto. Tentunya fotografer kami sudah siap dengan kameranya untuk mengabadikan petualangan kami. Di trek berikutnya yaitu lubuk kedung, kami bisa meloncat bebas dari ketinggian satu setengah meter dan terjun di air yang kedalamannya hampir tiga meter. Mendebarkan tapi juga kecanduan loh. Nah trek terakhir adalah arus liar, air sungai yang deras akan membawa kami menuju titik pemberhentian. Petualangan yang menyenangkan untuk mengusir jenuh dan penatnya aktivitas di Jogja.

                Setelah bersih – bersih badan, kami disuguhi makanan – makanan lokal yang enak banget. Pisang goreng, ketela rebus, ketela goreng dan teh panas membuat kami segar setelah tangan dan kaki pegal bermain air. Wisata air baru yang tidak akan menyesal untuk tidak mengunjunginya lagi.

Dimanapun kalian traveling, keep the place clean ya guyss!

Salute,
FloraSakti




Gunung Batur, Tiktok Satu Hari Saat Kuningan

Perjalanan ini sungguh perjalanan tak direncanakan. Pumpung libur dari internship, aku mengajak beberapa temanku di Bali untuk mendaki gunu...