Sunday, October 30, 2016

Menggenggam Mentari Pagi di Punthuk Setumbu Borobudur

Pagi yang sejuk dengan bau dedaunan dan tanah pedesaan di daerah Borobudur membuat saya betah berlama-lama memejamkan mata dalam hangatnya selimut. Udara dingin yang menyusup di celah-celah jendela homestay seraya mendukung untuk tidak keluar dari kamar. Terngiang cerita orang tentang indahnya matahari terbit tetap tidak membuat saya beranjak dari kasur berselimut putih ini. Tapi tunggu, matahari terbit di daerah Borobudur adalah fenomena yang berbeda dan istimewa. Hal itulah yang membuat saya datang ke Borobudur dan bangun pagi buta ditemani udara dingin yang menusuk-nusuk pagi ini.
Suasana pedesaan masih sunyi senyap. Saya langkahkan kaki keluar dari kamar dan bertemu Pak Yudi, pemilik homestay di tempat saya menginap. Sebelumnya beliau memang telah berjanji untuk menemani saya menyaksikan indahnya matahari terbit di Punthuk Setumbu atau lebih dikenal dengan Borobudur Nirwana Sunrise.
                “Selamat pagi, sudah siap lihat sunrise terbaik di Borobudur, dek?” sapa Pak Yudi penuh semangat sembari menyodorkan teh manis panas dan pisang goreng yang masih hangat. “Dimakan dulu sebelum berangkat.”
                Perjalanan dari homestay saya di desa wisata Candirejo menuju Punthuk Setumbu hanya membutuhkan waktu 15 menit karena jaraknya hanya sekitar 7 kilometer. Bagi teman-teman yang berangkat dari Yogyakarta saya sarankan berangkat lebih pagi lagi karena membutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan. Letak Punthuk Setumbu sangat mudah untuk diakses. Tinggal mengikuti petunjuk jalan yang berada di pinggir jalan atau menggunakan aplikasi maps di smartphone. Oh iya, bagi yang masih takut tersesat, masyarakat lokal daerah Borobudur biasanya siap mengantar, mereka biasa ditemui di depan pintu masuk Taman Wisata Candi Borobudur. Dalam perjalanan, kami melewati desa Borobudur – Ngaran Bawah – Bumi segoro – Kretek – Kurahan.
                 Punthuk Setumbu sendiri berada di dusun Kurahan desa Karagrejo kecamatan Borobudur. Sekitar 4 kilometer dari Candi Borobudur. Sampailah kami di titik pemberhentian menuju puncak Punthuk Setumbu. Parkiran untuk mobil dan motor lumayan luas untuk destinasi yang berada di wilayah perkampungan penduduk. Karena kami berangkat sebelum adzan subuh, kami menyempatkan untuk beribadah subuh terlebih dahulu di mushola yang sudah disediakan. Kamar mandi dan toiletnya pun tersedia dan bersih.

                Setelah menunaikan Sholat kami berdua segera menuju tempat penjulan tiket. Tiket masuk Punthuk Setumbu dibagi menjadi dua golongan, untuk wisatawan domestik Rp 15.000,-/per orang dan  untuk wisatawan mancanegara Rp 30.000,-/per orang. Harga yang cukup murah untuk keindahan yang tidak bisa disaksikan ditempat lain. Dua tiket sudah berada digenggaman, kami siap mendaki untuk menuju puncak Punthuk Setumbu.
                Dibutuhkan waktu sekitar 15 menit mendaki anak tangga tanah yang sengaja dibuat untuk memudahkan wisatawan mendaki bukit yang tingginya 400 meter ini. Langit masih gelap dan suara serangga masih terdengar mengalun menemani sinar bohlam lampu yang sudah dipasang di tiap titik pendakian. Udara masih dingin, jangan lupa untuk mengenakan pakaian tebal agar tidak kedinginan.

anak tangga di Punthuk Setumbu
sumber: dokumentasi pribadi

                Akhirnya, sampai juga di puncak Punthuk Setumbu. Terdapat beberapa bangku dari bambu untuk beristirahat sembari menunggu sunrise datang. Pembatas bambu juga dipasang dipinggir jurang untuk perlindungan wisatawan. Suasana saat itu sudah lumayan ramai oleh wisatawan. 

wisatawan asyik mendokumentasikan sunrise
sumber : dokumentasi pribadi

      Semburat orange mulai nampak perlahan dari arah timur. Matahari perlahan terbit dengan bangganya diantara gunung merbabu dan gunung merapi. Tampak Candi Borobudur dengan megah menemani keindahan matahari pagi itu. Candi Borobudur tambak berada di rawa-rawa dengan kabut putih menyelimutinya. Sungguh, pemandangan yang luar biasa indah dan hanya bisa ditemui di Borobudur, terutama di Punthuk Setumbu.

semburat matahari yang perlahan muncul
(dokumentasi pribadi)

matahari muncul perlahan
(dokumentasi pribadi)

tampak Candi Borobudur seperti di rawa-rawa
(dokumentasi pribadi)

pesona Jawa Tengah!
(dokumentasi pribadi)

menggegam matahari
(dokumentasi pribadi)

                Tidak hanya bagian timur dari Punthuk Setumbu yang menarik, ketika kalian berjalan menuju sisi selatan, pemandangan bukit menoreh dan pedesaan-pedesaan dibawahnya yang nampak kecil serta diselimuti kabut menjadi nilai tambah tersendiri untuk mata kami.

pemandangan sisi lain punthuk setumbu
(dokumentasi pribadi)

Indahnya Punthuk Setumbu
(dokumentasi pribadi)

                Sebelum turun, kami menyempatkan menyeruput secangkir kopi di warung yang telah tersedia sambil bercengkerama dengan pemilik warung.
                “Dulu, bukit ini hanya bukit biasa, masyarakat sekitar bekerja sebagai petani. Tapi, sejak dibukanya Punthuk Setumbu tahun 2010an, kehidupan ekonomi masyarakat mulai terbantu. Banyak yang kerja seperti saya jualan makanan dan minuman, tukang parkir, dan pengelolaan Punthuk Setumbu sendiri dikelola oleh masyarakat kami sendiri. Banyak wisatawan asing yang senang mengunjungi Punthuk Setumbu,” Cerita pemilik warung dengan senangnya.

saya sedang mengambil moment berharga
(dokumentasi pribadi)

                 Satu lagi wisata yang menarik dari Magelang, Jawa Tengah yang sudah berhasil membuat mata saya terkagum-kagum. Tidak hanya Candi Borobudur yang menjadi ikon Magelang, banyak sekali obyek wisata lain yang menarik untuk dikunjungi dan dieksplor di Jawa Tengah. Mari kembangkan wisata Jawa Tengah menuju wisata yang berkelanjutan! Karena Pesona Jawa Tengah tidak akan pernah ada matinya. Alam, budaya, masyarakat dan wisata minat khusus lainnya secara berkesinambungan mendukung Pesona wisata Jawa Tengah.


Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah (www.twitter.com/visitjawatengah)

Gunung Batur, Tiktok Satu Hari Saat Kuningan

Perjalanan ini sungguh perjalanan tak direncanakan. Pumpung libur dari internship, aku mengajak beberapa temanku di Bali untuk mendaki gunu...