Pagi yang sejuk
dengan bau dedaunan dan tanah pedesaan di daerah Borobudur membuat saya betah
berlama-lama memejamkan mata dalam hangatnya selimut. Udara dingin yang
menyusup di celah-celah jendela homestay
seraya mendukung untuk tidak keluar dari kamar. Terngiang cerita orang tentang
indahnya matahari terbit tetap tidak membuat saya beranjak dari kasur
berselimut putih ini. Tapi tunggu, matahari terbit di daerah Borobudur adalah
fenomena yang berbeda dan istimewa. Hal itulah yang membuat saya datang ke
Borobudur dan bangun pagi buta ditemani udara dingin yang menusuk-nusuk pagi
ini.
Suasana
pedesaan masih sunyi senyap. Saya langkahkan kaki keluar dari kamar dan bertemu
Pak Yudi, pemilik homestay di tempat
saya menginap. Sebelumnya beliau memang telah berjanji untuk menemani saya
menyaksikan indahnya matahari terbit di Punthuk Setumbu atau lebih dikenal
dengan Borobudur Nirwana Sunrise.
“Selamat
pagi, sudah siap lihat sunrise
terbaik di Borobudur, dek?” sapa Pak Yudi penuh semangat sembari menyodorkan
teh manis panas dan pisang goreng yang masih hangat. “Dimakan dulu sebelum
berangkat.”
Perjalanan
dari homestay saya di desa wisata
Candirejo menuju Punthuk Setumbu hanya membutuhkan waktu 15 menit karena
jaraknya hanya sekitar 7 kilometer. Bagi teman-teman yang berangkat dari
Yogyakarta saya sarankan berangkat lebih pagi lagi karena membutuhkan waktu
sekitar satu jam perjalanan. Letak Punthuk Setumbu sangat mudah untuk diakses.
Tinggal mengikuti petunjuk jalan yang berada di pinggir jalan atau menggunakan
aplikasi maps di smartphone. Oh iya, bagi yang masih takut tersesat, masyarakat
lokal daerah Borobudur biasanya siap mengantar, mereka biasa ditemui di depan
pintu masuk Taman Wisata Candi Borobudur. Dalam perjalanan, kami melewati desa
Borobudur – Ngaran Bawah – Bumi segoro – Kretek – Kurahan.
Punthuk Setumbu sendiri berada di dusun
Kurahan desa Karagrejo kecamatan Borobudur. Sekitar 4 kilometer dari Candi
Borobudur. Sampailah kami di titik pemberhentian menuju puncak Punthuk Setumbu.
Parkiran untuk mobil dan motor lumayan luas untuk destinasi yang berada di
wilayah perkampungan penduduk. Karena kami berangkat sebelum adzan subuh, kami
menyempatkan untuk beribadah subuh terlebih dahulu di mushola yang sudah
disediakan. Kamar mandi dan toiletnya pun tersedia dan bersih.
Setelah
menunaikan Sholat kami berdua segera menuju tempat penjulan tiket. Tiket masuk
Punthuk Setumbu dibagi menjadi dua golongan, untuk wisatawan domestik Rp
15.000,-/per orang dan untuk wisatawan
mancanegara Rp 30.000,-/per orang. Harga yang cukup murah untuk keindahan yang
tidak bisa disaksikan ditempat lain. Dua tiket sudah berada digenggaman, kami
siap mendaki untuk menuju puncak Punthuk Setumbu.
Dibutuhkan
waktu sekitar 15 menit mendaki anak tangga tanah yang sengaja dibuat untuk
memudahkan wisatawan mendaki bukit yang tingginya 400 meter ini. Langit masih
gelap dan suara serangga masih terdengar mengalun menemani sinar bohlam lampu
yang sudah dipasang di tiap titik pendakian. Udara masih dingin, jangan lupa
untuk mengenakan pakaian tebal agar tidak kedinginan.
anak tangga di Punthuk Setumbu sumber: dokumentasi pribadi |
Akhirnya,
sampai juga di puncak Punthuk Setumbu. Terdapat beberapa bangku dari bambu
untuk beristirahat sembari menunggu sunrise datang. Pembatas bambu juga
dipasang dipinggir jurang untuk perlindungan wisatawan. Suasana saat itu sudah
lumayan ramai oleh wisatawan.
wisatawan asyik mendokumentasikan sunrise sumber : dokumentasi pribadi |
Semburat orange mulai nampak perlahan dari arah
timur. Matahari perlahan terbit dengan bangganya diantara gunung merbabu dan
gunung merapi. Tampak Candi Borobudur dengan megah menemani keindahan matahari
pagi itu. Candi Borobudur tambak berada di rawa-rawa dengan kabut putih
menyelimutinya. Sungguh, pemandangan yang luar biasa indah dan hanya bisa
ditemui di Borobudur, terutama di Punthuk Setumbu.
semburat matahari yang perlahan muncul (dokumentasi pribadi) |
matahari muncul perlahan (dokumentasi pribadi) |
tampak Candi Borobudur seperti di rawa-rawa (dokumentasi pribadi) |
pesona Jawa Tengah! (dokumentasi pribadi) |
menggegam matahari (dokumentasi pribadi) |
Tidak
hanya bagian timur dari Punthuk Setumbu yang menarik, ketika kalian berjalan
menuju sisi selatan, pemandangan bukit menoreh dan pedesaan-pedesaan dibawahnya
yang nampak kecil serta diselimuti kabut menjadi nilai tambah tersendiri untuk
mata kami.
pemandangan sisi lain punthuk setumbu (dokumentasi pribadi) |
Indahnya Punthuk Setumbu (dokumentasi pribadi) |
Sebelum
turun, kami menyempatkan menyeruput secangkir kopi di warung yang telah
tersedia sambil bercengkerama dengan pemilik warung.
“Dulu,
bukit ini hanya bukit biasa, masyarakat sekitar bekerja sebagai petani. Tapi,
sejak dibukanya Punthuk Setumbu tahun 2010an, kehidupan ekonomi masyarakat
mulai terbantu. Banyak yang kerja seperti saya jualan makanan dan minuman,
tukang parkir, dan pengelolaan Punthuk Setumbu sendiri dikelola oleh masyarakat
kami sendiri. Banyak wisatawan asing yang senang mengunjungi Punthuk Setumbu,”
Cerita pemilik warung dengan senangnya.
saya sedang mengambil moment berharga (dokumentasi pribadi) |
Satu lagi wisata yang menarik dari Magelang,
Jawa Tengah yang sudah berhasil membuat mata saya terkagum-kagum. Tidak hanya
Candi Borobudur yang menjadi ikon Magelang, banyak sekali obyek wisata lain
yang menarik untuk dikunjungi dan dieksplor di Jawa Tengah. Mari kembangkan wisata Jawa Tengah
menuju wisata yang berkelanjutan! Karena Pesona Jawa Tengah tidak akan pernah ada matinya. Alam, budaya, masyarakat dan wisata minat khusus lainnya secara berkesinambungan mendukung Pesona wisata Jawa Tengah.
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah (www.twitter.com/visitjawatengah)